Ilmuwan Berhasil Mengendalikan Otak Tikus Menggunakan Remote Control

By , Minggu, 26 Juli 2015 | 13:00 WIB

Para ilmuwan telah berhasil mengubah jaringan saraf tikus laboratorium menggunakan kontroler nirkabel; yang memungkinkan mereka untuk mempelajari efek stimulasi saraf tanpa prosedur invasif dan menyambungkan subyek tes dengan kabel.

Implan kecil, lebih kecil dari lebar rambut manusia, membuat para ilmuwan dapat menentukan jalur tikus berjalan menggunakan remote control dengan menyuntikkan obat dan membuat neuron menyala dalam otak.

Hinggi kini, ahli saraf masih terbatas untuk menyuntikkan obat melalui tabung yang lebih besar dan memberikan photostimulation melalui kabel serat optik. Sebab keduanya memerlukan operasi yang dapat merusak otak dan membatasi gerakan alami hewan.

Implan optofluidic dikembangkan oleh tim dari Washington University School of Medicine dan University of Illinois, untuk menemukan kerusakan dan menggantikan jaringan otak jauh lebih sedikit daripada tabung logam, atau Kanula, yang biasa digunakan oleh para ilmuwan untuk menyuntikkan obat.

Perangkat ini dipasang ke kepala tikus dan didukung oleh baterai kecil, sebagai pengganti kabel, dan berisi tabung kecil diisi dengan obat yang akan diberikan selama tes.

Dalam satu eksperimen tersebut, tikus dibuat untuk berjalan di lingkaran setelah obat yang meniru morfin disuntikkan ke daerah otak tikus yang mengontrol motivasi dan kecanduan.

Dalam tes lain para ilmuwan menggunakan teknik yang dikenal sebagai optogenetics, dimana tikus telah dimodifikasi sehingga neuron mereka sensitif terhadap cahaya, untuk merangsang sel-sel otak tikus dengan miniatur LED. Para subyek tes dibuat untuk tinggal di salah satu sisi kandang dengan kendali jarak jauh membuat pulsa implan bersinar pada sel-sel tertentu. Selama percobaan, tikus berjarak sekitar tiga kaki jauhnya dari antena remot.

Penelitian yang diterbitkan baru-baru ini dalam jurnal ilmiah Cell bisa mengarah pada pengembangan yang lebih invasif namun minimalis untuk mengobati gangguan neurologis termasuk stres, depresi, kecanduan, dan nyeri.