Apakah Anda pernah mencium bau-bauan segar yang seolah muncul begitu saja setelah hujan berhenti? Bau yang menyegarkan ini kadang disertai oleh perasaan lembap, yang terasa muncul dari tanah.
Bau ini ternyata disebabkan oleh bakteri yang biasa ditemukan di lapisan tanah, dari genus Strepyomyces. Beberapa mikrob menghasilkan spora saat tanah kering. Semakin lama tanah itu tak terpajan oleh hujan, semakin banyak spora yang ada di sana.
Spora ini tak sendiri dalam menghasilkan bau. Ada dua molekul kecil yang yang disebut geosmin dan 2-metilisoborneol (MIB) yang ikut membantu memunculkan bau segar itu. Geosmin lebih tercium oleh manusia pada area yang ditumbuhi oleh banyak pepohonan.
Hal lain yang memunculkan bau adalah minyak yang dikeluarkan oleh bermacam-macam tumbuhan. Saat air hujan turun, bahan kimiawi tertentu pembuat minyak ini dilepaskan ke udara biasanya bersamaan dengan geosmin.
Semua bahan yang memberi kontribusi pada bau setelah hujan ini belum banyak diketahui oleh peneliti. Bau yang berasal dari tanah ini pertama kali diteliti oleh Berthelot pada 1891.
Struktur geosmin sendiri ditemukan pertama kali oleh oleh Nancy Gerber pada 1965. Ini adalah terusan penelitian yang dilakukan oleh ahli kimia Australia, Isabel Bear dan R.G. Thomas.
Pada 1964, Bear dan Thomas menemukan material minyak berwarna kekuningan yang berbau seperti selepas hujan. Material itu ditemukan di tanah liat yang mereka keringkan untuk diteliti kandungan minyaknya.
Setelah itu mereka menamakan bau itu petrichor yang berasal dari istilah Yunani yaitu petros berarti batu, dan ichor yang artinya darah emas yang dimiliki dewa-dewa Yunani.
Saat diteliti, ternyata minyak tersebut menghambat tumbuhnya beberapa tanaman. Para peneliti pun berpendapat bahwa minyak ini bertujuan untuk mencegah tanaman untuk melepaskan benih pada kondisi yang tidak ideal, yaitu pada saat kekeringan.