Miniatur Indonesia yang sebenarnya. Itulah kesan saya saat mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tiga tahun lalu. Tepatnya ketika menghadiri Pameran Filateli yang diselenggarakan Kompasianer Christie Damayanti pada 16 Agustus 2012. Bagi saya, TMII bukanlah tempat rekreasi yang asing. Sebab, sejak kecil saya sudah sering mengunjungi taman wisata yang diresmikan Ibu Tien Soeharto pada 20 April 1975 ini.Teranyar, saya menjadi saksi saat Kompasiana menyelenggarakan HUT ke-6 pada 22 November lalu. Kebetulan, dalam acara yang bertajuk Kompasianival: Aksi Untuk Indonesia itu bertempat di Gedung Sasono, TMII. Jadi, saya memiliki banyak cerita tentang TMII. Baik itu ketika mengunjunginya sendiri, bersama keluarga, rekan Kompasianer, dan juga orang terdekat. Hingga, terlintas pertanyaan dari dalam hati. Kenapa harus ke TMII?Jawabannya, tentu saja mudah. Salah satunya adalah faktor harga yang relatif terjangkau serta lokasinya strategis. Ya, TMII bisa dikatakan sebagai salah satu kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi masyarakat luas. Tidak hanya warga DKI Jakarta saja. Melainkan, dari seluruh penjuru Tanah Air.Bahkan, wisatawan mancanegara pun begitu antusias mengelilingi tempat rekreasi keluarga seluas kurang lebih 150 hektar ini. Itu karena TMII juga ditujukan untuk memperkenalkan Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia.Maklum, berdasarkan sejarahnya, TMII dibangun untuk mengenalkan kepada seluruh rakyat di nusantara mengenai Indonesia yang seutuhnya dalam versi mini.Selain Teater Keong Mas, beberapa taman, museum, dan sarana rekreasi, di TMII juga terdapat anjungan daerah yang mewakili 33 provinsi di Indonesia. Jadi, secara tidak langsung, kita dapat mengetahui keanekaragaman suku dan budaya yang ada di Tanah Air yang turut merekatkan pengunjung dengan budaya bangsa ini.Misalnya, saya yang ingin tahu mengenai adat Minangkabau, bisa mendatangi anjungan Sumatera Barat (Sumbar). Dalam anjungan itu, terdapat Rumah Gadang khas Sumbar yang setiap hari buka pada pukul 08.00-18.00 WIB.Di dalam balairung, kita dapat menyaksikan sejarah Minang dan juga berbagai aktivitas kesenian yang ada. Termasuk disajikannya beberapa aspek tradisional meliputi busana adat, pelaminan pengantin, kain Songket Silungkang, dan seperangkat alat musik Talempong.