Di sejumlah negara, beberapa perusahaan tengah mengembangkan detritus dari proses pembuatan minuman beralkohol khususnya bir, untuk dijadikan bahan bakar baru untuk mobil.
Di Selandia Baru, para ilmuwan berhasil menyuling bubur ragi, bahan sisa dari proses pembuatan alkohol, untuk dijadikan etanol dengan kualitas cukup tinggi untuk dijadikan bahan pengganti bensin mobil atau motor.
Sebelum di Selandia Baru, perusahaan produsen bir Malson Coors sudah membuat jenis bahan bakar baru yang sejenis sejak tahun 1996, dan di tahun 2008 semua kendaraan di Democratic National Convention di Denver menggunakan bahan bakar serupa. Di sana, biofuel yang digunakan berupa 85% ethanol dan 15% bensin.
Dibandingkan dengan biofuel yang dibuat di Denver, biofuel yang dibuat di Selandia Baru cenderung lebih rendah presentase ethanolnya, yakni hanya 10% ethanol dengan 90% bensin murni. Hal itu disebabkan karena mesin mobil masih belum mampu bekerja dengan tingkat ethanol tinggi, sehingga masih perlu penggunaan bensin dengan proporsi lebih.
Di Amerika Serikat, ilmuwan pernah mencoba menggunakan jagung untuk membuat biofuel serupa. Di Brazil, sampah tebu diolah untuk jadi biofuel ramah lingkungan.