Banyak orang yang dulunya perokok konvesional beralih menjadi perokok elektronik. Alasannya, rokok elektronik dinilai lebih aman. Padahal, hal tersebut tidak benar.
Menurut Dr. Jonathan Samet seorang dokter ahli paru dari University of Southern California, tubuh akan cepat beradaptasi setelah berhenti merokok. Dalam waktu satu bulan, paru-paru akan mendorong keluar racun-racun dari tubuh. Namun, penelitian itu merujuk pada orang yang berhenti merokok sama sekali, bukan untuk pecandu yang beralih ke rokok elektronik.
Dari hasil suatu studi, diketahui bahwa tingkat kerusakan paru yang disebabkan oleh rokok elektronik lebih rendah daripada yang diakibatkan oleh rokok tembakau. Menurut laporan studi tersebut, rokok elektronik mengandung lebih sedikit karbon monoksida dari kandungan karbon monoksida dalam rokok konvensional. Dengan begitu, dinilai bahwa rokok elektronik lebih aman dibanding rokok tembakau.
Namun, tim peneliti University of Rochester Medical Center membuktikan yang sebaliknya: aerosol dan pewarna yang terdapat dalam rokok elektronik justru sangat berbahaya dan dapat merusak sel-sel paru. Dengan begitu, dinilai bahwa rokok elektrik sama berbahayanya dengan rokok tembakau.