BMKG Rancang Sistem Penyebaran Informasi Gempa yang Cepat dan Akurat

By , Selasa, 4 Agustus 2015 | 19:30 WIB

Wajah Tasril (50), warga Medan Baru, Kota Bengkulu, tampak serius usai membaca sebuah media massa yang menyebutkan potensi gempa bermagnitudo 9 dan tsunami di kawasan Mentawai yang dapat menyapu pesisir Bengkulu. Tasril ingat betul, pada tahun 2000 gempa 7,3 SR menghantam Bengkulu. Ayahnya yang memasuki usia senja saat itu tertimbun tumpukan beton dan bata. Meski selamat, namun luka dan lebam memenuhi sekujur tubuh ayahnya. Bencana itu menghancurkan ribuan bangunan, permukiman, sekolah, sarana ibadah. Sebanyak 94 orang meninggal dunia ribuan warga terluka. Berselang beberapa tahun kemudian gempa juga menyapa wilayah ini. Kali ini dampaknya sedikit. Tasril mengatakan, persiapan siaga bencana di Bengkulu kini memang mulai membaik. Tiap wilayah memiliki taruna siaga bencana. Namun, masih ada kelemahan dalam konten dan cara penyebaran informasi."Ada banyak informasi yang beredar pada saat terjadi gempa bumi sehingga masyarakat kebingungan informasi dari mana yang harus dipegang," kata Tasril ketika ditemui Senin (3/8). Beberapa informasi yang beredar, lanjut dia, terkadang justru membuat masyarakat takut. Termasuk pemberitaan media yang kadang bukan memberi pencerahan malah cenderung hanya menakuti. "Media kadang saat seperti itu banyak menakut-nakuti, tidak diikuti kita takut, akhirnya kami waspada saja, kendaraan, surat-surat berharga selalu siaga kalau terjadi bencana mudah dibawa evakuasi," jelasnya. Kebingungan masyarakat seperti yang dialami Tasril mendapat perhatian dari pihak terkait, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memiliki otoritas dalam menyebarkan informasi kegempaan.Kepala BMKG Bandara Fatmawati, Bengkulu, Agus Lacuda, mengatakan bahwa terkait informasi kegempaan, BMKG yang berwenang merilis. Ia meminta agar informasi BMKG dijadikan rujukan oleh masyarakat."Banyak saya lihat lembaga yang tak berwenang berbicara di media menyoal kegempaan bahkan membuat masyarakat resah, saya tegaskan gempa tak ada yang bisa diprediksi dia datang begitu saja," beber Agus. BMKG mempunyai data informasi kegempaan, iklim, cuaca, ketinggian gelombang, dan lainnya yang itu sangat penting bagi masyarakat umum. Hanya saja informasi tersebut belum banyak diakses, padahal data tersebut selalu diperbarui di internet dan media massa. Untuk mengoptimalkan, kini BMKG merangkul Telkom merancang penyebaran informasi cuaca, iklim, gelombang dan kegempaan pada publik melalui sistem pesan singkat atau SMS, di mana data-data milik BMKG akan dibagikan langsung ke masyarakat. "Ini sangat berguna tidak saja soal kegempaan tetapi, untuk nelayan, petani, dan masyarakat luas, bagaimana mekanismenya memang ini baru tahap ide yang akan dibicarakan dengan Telkom," jelas Agus. General Telkom Witel Bengkulu, Nugroho Setio Budi, mengaku pihaknya siap membantu BMKG guna melayani masyarakat. "Saat ini kami menggagas pengiriman titik koordinat tempat berkumpulnya ikan pada nelayan,' katanya."Pengiriman itu menggunakan SMS para nelayan, bekerjasama dengan Pemerintah Kota Bengkulu, titik koordinat itu kami dapatkan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)," imbuhnya. "Itu ide bagus, dan informasi BMKG dapat langsung diterima di ponsel seluruh masyarakat terkait cuaca, iklim termasuk gempa bumi atau sunami," demikian Nugroho.