Sejak Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui produksi mata bionik sejak 2013, semakin banyak orang yang tadinya buta kini bisa mendapatkan kembali penglihatannya. Mata bionik pertama yang dibuat oleh Amerika bernama Argus II, prostesis retina yang bisa mengembalikan penglihatan parsial untuk mereka yang menderita penyakit mata degeneratif, retinitis pigmentosa (RP).
Perangkat mata bionik Argus II menggunakan kamera digital yang dipasang di sebuah kacamata yang menggantikan peran mata sebenarnya. Nantinya, hasil visual yang diterima dari kacamata itu akan dikirim secara nirkabel ke chip kecil yang ditanam di sisi mata. Chip yang ditanamkan itu kemudian akan mengaktifkan elektroda yang dipasang di retina mata, merangsang selnya untuk mengubah data yang diterima menjadi visi.
Namun, visi yang dihasilkan dari perangkat mata bionik tersebut tak serta merta mengembalikan penglihatan seseorang dengan sempurna. Dalam laporan studi yang dimuat di jurnal Philosophical Transactions B, dijelaskan bahwa citra yang didapat dari mata bionik tersebut berupa visi kasar, dengan warna hitam putih dantingkat ketajaman 20/1260 (mata normal yang sehat memiliki tingkat ketajaman penglihatan dengan nilai 20/20).
Dengan visi yang hanya berwarna hitam dan putih tersebut, peneliti mengembangkan proses optogenetik. Dengan proses itu, nantinya di sel retina yang masih tersisa di mata penderita akan dimasukkan protein yang mampu menjadikannya lebih sensitif akan cahaya—sehingga memberikan warna pada visi yang mereka dapatkan nantinya.