Mengapa Kita Perlu Melindungi Microbat?

By , Sabtu, 8 Agustus 2015 | 16:00 WIB

Dari seluruh total mamalia di Bumi, sebanyak 17% di antaranya merupakan mikrobat—kelelawar berukuran kecil mungil yang ragam spesiesnya mencapai 1.000.

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah populasi microbat menurun drastis. Studi dilakukan untuk menyelidiki lebih jauh tentang seluk beluk si kecil ini: bagaimana mereka hidup, berkembang biak, dan mulai mati akibat wabah. Hasil dari studi tentunya dapat digunakan oleh para konservasionis untuk melindungi kelelawar ini dari kepunahan.

Setelah penelitian dilakukan dan laporannya dimuat di jurnal Biology Letters pada Selasa (4/8) lalu, terungkap bahwa populasi microbat menurun akibat mewabahnya sindrom white-nose, penyakit yang disebarkan oleh jamur, di Amerika Utara. Tak hanya itu, faktor lain yang didapat dari dampak aktivitas manusia seperti polusi cahaya juga menjadi penyebab mengapa populasi kelelawar ini menurun.

Dari studi itu pula, diketahui bahwa kelelawar betina yang mati tiap tahunnya selalu lebih banyak dibanding kelelawar jantan.

Meski berbadan mungil, microbat memiliki peran penting dalam ekosistem. Ia adalah makhluk pemakan serangga—termasuk nyamuk, dengan cara echolocation atau mencari lokasi mangsa menggunakan pantulan bunyi. Jika microbat hilang dari rantai ekosistem, tentu bisa dibayangkan: populasi nyamuk meningkat, kita perlu lebih banyak losion anti-nyamuk dan obat malaria atau DBD yang lebih ampuh.