Saat Aligator Menjadi Penolong Hewan Lain

By , Selasa, 18 Agustus 2015 | 10:00 WIB

Paya adalah zona penyangga yang rumit, tempat pertemuan daratan dan air; sebagian berupa hutan paya (rawa berumput) berair tawar dan berair payau. Dengan tanahnya yang basah, paya itu dahulu dianggap sebagai wilayah tak berhuna yang penuh nyamuk dan kerap kali dikeringkan serta ditimbun untuk dijadikan tempat pembangunan perumahan. Kini, paya dianggap sebagai salah satu habitat yang paling hidup di bumi.

Di antara tanah paya, kubangan aligator di Everglades Florida di Amerika Serikat mengisi sebuah relung ekologi khusus. Pada musim kering—di musim dingin—genangan air tawar ini sering merupakan satu-satunya tempat air bagi makhluk Everglades.

Aligator yang bergelimang di genangan dangkal membersihkan tumbuhan serta kotoran di dasar paya; kibasan ekornya menyebabkan genangan itu tidak tertutup lumpur. Setelah menggali kubangan yang disukainya, seekor aligator akan menggunakan kubangan ini bertahun-tahun. Udang air tawar, ikan roa-roa, ikan matabelo, siput, dan kura-kura pemagut serta bulus bercangkang lunak hidup bersama aligator sepanjang tahun. Sewaktu air di rawa sekitarnya menyusut, kubangan tadi dipadati oleh ikan rawa yang lebih besar, menarik lingsang, rakun, dan burung air. Tepi lumpur yang lunak itu mendukung tumbuhan subur yang menjadi makanan hewan herbivora, yang kemudia menjadi mangsa sang karnivora.

Pada waktu fajar dan petang, banyak binatang datang untuk makan dan minum pada kubangan aligator. Lubang air minum menghubungkan binatang ini dalam jalinan makanan yang kompleks. Makhluk yang paling sederhana, yaitu ganggang dan organisme bersel satu, menjadi maknan larva nyamuk dan berudu. Selanjutnya, larva itu dimakan oleh ikan kecil, seperti gambusia dan matabelo. Ikan kecil menjadi mangsa ikan besar, burung air, mamalia, serta reptilia.