Adanya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara yang tersebar di Indonesia mengancam kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar PLTU batubara. Sejak adanya PLTU batubara yang beroperasi di suatu daerah, masyarakat akan terpapar polusi udara yang dihasilkan dari PLTU batubara setiap harinya.
Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan tim peneliti dari Universitas Harvard, polusi udara yang dihasilkan PLTU batubara di Indonesia dapat menyebabkan kematian dini sekitar 6500 jiwa per tahun.
“Emisi dari PLTU batubara itu membentuk partikel dan ozon yang berdampak buruk bagi kesehatan,” ujar peneliti dari Universitas Harvard Profesor Shannon Koplitz melalui video conference dalam jumpa pers yang dilakukan Greenpeace Indonesia di Jakarta, Rabu (12/8/2015).
Kematian dini terjadi karena penyakit stroke sekitar 2700 orang, jantung iskemik sekitar 2300 orang, kanker paru-paru sekitar 300 orang, penyakit paru obstruktif kronik sekitar 400 orang, dan penyakit pernapasan serta kardiovaskular lainnya sekitar 800 orang.
“Kebanyakan dampaknya terjadi dekat PLTU. Di kota-kota yang dekat. Polusinya itu tinggal di udara selama beberapa hari,” lanjut ahli batubara dan polusi udara Greenpeace Lauri Myllyvirta.
Dampak buruk adanya PLTU batubara yang berada tak jauh dari pemukiman memang dapat dirasakan langsung oleh warga. M Bakri, warga Desa Tubanan, Jepara, Jawa Tengah misalnya. Menurut Bakri, polusi dari PLTU batubara tak hanya di udara, tapi juga di perairan.
"Kalau orang sini pasti merasakan sakitnya, enggak merasakan enaknya. Ada debu, pertama kali yang kena ya warga sini. Kalau ada kebocoran limbah, lewat air, tanah, ya warga juga yang kena," ujar Bakri dalam video testimoni yang diputar Greenpeace Indonesia.
Karsalim, warga Desa Ngelo, Jepara pun terpaksa pindah rumah agar jauh dari polusi udara PLTU batubara. Keputusan itu diambil Karsalim, karena anaknya terus sakit dan sering sesak napas sejak tinggal di rumah yang dekat dengan kawasan PLTU batubara.
"Kata dokter, kalau lama-lama malah bahaya. Gimana caranya supaya anak sehat, kalau saya punya rumah di sini, dari pada anak saya enggak sehat, buat apa?" ungkap Karsalim.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan permodelan atmosfer GEOS-Chem, yaitu model mutakhir untuk mengestimasi level polusi di udara. Peneliti melihat polusi udara di kawasan sekitar 42 PLTU yang beroperasi di Indonesia, seperti di Jepara, Banten, dan Batam.
Bahkan, polusi udara akibat PLTU batubara di Indonesia juga menyebar ke negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina. Polusi PLTU batubara di Indonesia juga diperkirakan menyebabkan 600 jiwa kematian dini di negara tetangga
Penelitian ini juga menggunakan data Global Burden Disease Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara lainnya tentang risiko penyakit yang terkait polusi udara. Seperti diketahui, PLTU batubara menghasilkan polutan beracun di udara seperti merkuri, timbal, arsenik, kadmiun, dan partikel halus lainnya.
Partikel halus berukuran PM 2.5 tersebut dapat masuk ke dalam paru-paru hingga aliran darah dan akhirnya berdampak buruk bagi kesehatan, seperti risiko penyait jantung, stroke, dan masalah pada paru-paru.