Menurut penelitian yang dipresentasikan pada American Psychological Association, saat mendengarkan musik, pola gelombang otak orang-orang dengan epilepsi berbeda dengan mereka yang tidak memiliki penyakit itu. Dan hal tersebut bisa membantu para terapis untuk mengurangi kejang pada penderita epilepsi.
Para peneliti dari The Ohio State University Wexner Medical Center fokus pada musik dan otak penderita epilepsi. Karena, musik diproses pada bagian otak yang sama ketika gejala kejang muncul, yakni pada lobus temporal.
Para peneliti mengumpulkan data dari 21 pasien epilepsi, merekam pola gelombang otak mereka saat tidak mendengarkan apa-apa dan saat mendengarkan musik klasik seperti Mozart’s Sonata in D Major, Andante Movement II dan My Favorite Things dari John Coltrane.
Mereka menemukan, bahwa aktivitas otak partisipan yang mendengarkan musik lebih tinggi dibanding yang tidak. Sebagai tambahan, otak penderita epilepsi cenderung sinkron dengan musik, terutama pada bagian lobus temporal dibandingkan otak orang-orang biasa.
“Kami sangat terkejut dengan penemuan musik bisa mengurangi kejang pada penderita epilepsi,” ujar Christine Charyton, PhD, asisten profesor bidang syaraf di The Ohio State University Wexner Medical Center. Para peneliti yakin, penemuan mereka bisa menjadikan musik sebagai salah satu terapi bagi penderita epilepsi. Tentunya dalam hubungannya sebagai cara tradisional untuk membantu mengurangi kejang pada pasien epilepsi.