Peneliti telah melakukan studi evolusi besar dengan menganalisis urutan DNA dari ribuan spesimen, terhadap semua hewan, tumbuhan, dan jamur yang hidup di gunung tropis di Pulau Borneo, Malaysia.
Menurut studi yang diterbitkan di jurnal Nature, Sebagian besar keanekaragaman hayati yang unik di wilayah ini lebih muda dari gunung itu sendiri, dan mereka merupakan campuran imigran jauh serta keturunan dari nenek moyang lokal di dataran rendah.
Daerah pegunungan tropis merupakan pusat area keanekaragaman hayati dan rumah dari berbagai spesies endemik yang tak ditemukan di belahan dunia lain.
Pegunungan tropis ibarat “buaian” dimana spesies baru lahir dan berkembang. Akan tetapi, para peneliti belum mengetahui apakah nenek moyang mereka adalah spesies dataran rendah yang beradaptasi untuk hidup di tempat tinggi, ataukah imigran dari pegunungan lain.
Untuk menyelidiki rute evolusi hewan endemik, Vincent Merckx dan rekan-rekannya dari Leiden University mengambil sampel dari seluruh biota gunung tropis Gunung Kinabalu di Sabah, Malaysia Timur, pada tahun 2012. Tim melakukan analisis genetik dari 1.852 spesimen yang dikumpulkan. Itu termasuk 33 spesies endemik dari lumut, jamur, lintah dan katak.
Tim menemukan bahwa sebagian besar spesies unik Kinabalu berasal sekitar 6 juta tahun yang lalu. Hal itu berarti setelah gunung mencapai ketinggian saat ini. Hanya ada dua spesies endemik, yakni katak Kalophrynus baluensis dan tanaman berbunga Ilex kinabaluensis yang jauh lebih tua dari gunung itu sendiri.
Selebihnya, endemik Kinabalu adalah kerabat dan keturunan dari spesies dataran rendah yang telah beradaptasi dengan habitat yang lebih tinggi, imigran dari habitat dataran tinggi lain yang biasa hidup di lingkungan dingin, sehingga mereka hanya harus membuat penyesuaian kecil.