Dalam film-film aksi, acap kali kita melihat penggunaan teknologi canggih yang bisa melacak gerak-gerik mencurigakan seseorang yang kemudian bisa otomatis dideteksi oleh sistem.
Berbeda dari film, kita tak bisa menemukan teknologi canggih semacam itu di kehidupan nyata. Pembuatan sistem komputer untuk memprediksi pergerakan seseorang untuk kemudian dideteksi secara fokus sangatlah rumit; perlu perhitungan yang sangat akurat untuk bisa menilai tiap geraknya, lalu menyimpulkannya sebagai “gerak mencurigakan” yang bisa membantu polisi melacak buronannya.
Tahun 2014 silam, ada pembuatan sistem komputer yang bisa melacak pergerakan para pejalan kaki. Sistem merekam kecepatan arus pejalan kaki saat menyeberang jalan, kemudian melakukan ‘sensor’ terhadap para pejalan yang tidak bisa berjalan sesuai kecepatan rata-rata yang dicatat sistem. Jika sudah begitu, sistem akan memberi peringatan untuk si pejalan kaki sebagai upaya untuk mencegah terjadinya tabrakan.
Meski sudah disebut sebagai suatu pencapaian, sistem itu masih dinilai jauh dari yang diharapkan para ahli dan teknisi untuk membuat sensor pelacak seperti yang ditemukan dalam film-film fiksi. Pasalnya, sistem itu bekerja dari data konstan: waktu yang diperlukan selama lampu lalu lintas berubah hijau kemudian merah, dan data waktu kecepatan jalan seorang pejalan kaki di wilayah tersebut.
Untuk membuat sistem pelacak tindakan ataupun pelaku kriminal, perlu program yang lebih rumit yang mendata lebih dari sekedar gerak fisik, namun juga berbasis pada aspek sosial, afektif, dan psikologi.
Tiga orang ilmuwan Eropa mengembangkan sistem sederhana, membuat program yang mampu mengidentifikasi suatu spesies dilihat dari mikrobnya. Program yang mereka namakan BEMOVI itu bisa melacak pola pergerakan mikrob, juga mengidentifikasi fungsinya. Program yang mereka buat mendekati tingkat akurasi hingga 89%, dengan klasifikasi pengamatannya melingkupi aspek morfologi, kepadatan, dan pergerakan mikrob.
Dari suksesnya BEMOVI, menunjukkan bahwa parameter perilaku bisa dilacak dan dianalisa untuk mengidentifikasi suatu spesies. Mungkinkah akan ada ekstrapolasi dari penemuan itu untuk menciptakan alat deteksi kriminalitas, seperti yang sering kita tonton di layar kaca?