The New York Times melaporkan pada Kamis (20/8) bahwa ratusan ikan ditemukan mati di sebuah sungai di Tiongkok, dekat dari lokasi meledaknya bom di kota Tianjin.
Selain menewaskan lebih dari 100 jiwa penduduk di kota itu dan menghancurkan bangunan-bangunan penting, bom tersebut juga menyisakan gas sianida dalam jumlah besar.
Menurut data, kandungan sianida di sekitar wilayah pengeboman 356 kali lebih banyak dari level normal. Jumlah sianida yang demikian tinggi itu diduga mencemari air sungai, membuat ratusan ikan mati.
Namun, Badan Proteksi Lingkungan Kota Tianjin menjelaskan tak ada ada senyawa sianida sedikitpun yang ditemukan dalam kandungan air sungai—bahwa kandungan sianida dalam air adalah normal, tak jauh beda dari level rata-rata sianida di sungai tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Pemerintah menjelaskan bahwa fenomena matinya ratusan ikan ini bukan barang baru. Sebelumnya, pernah terjadi hal serupa akibat zat polutan dari daratan yang mengalir ke sungai maupun lautan, mencemari air dan mengancam keberlangsungan hidup organisme di dalamnya.
Pencemaran air dan fenomena matinya hewan laut dalam jumlah besar ternyata merupakan masalah yang tak hanya terjadi di Tianjin. Pekan lalu, hal serupa terjadi di danau di kota Guadalajara, Meksiko, di mana sebanyak 40 ton ikan popoche chub ditemukan mati secara misterius.