Rahasia 'Pelangi Api'

By , Minggu, 23 Agustus 2015 | 07:00 WIB

Fenomena ‘Pelangi api’ yang terlihat di langit Carolina Selatan sempat membuat heboh wisatawan yang kebetulan melihatnya.

Meskipun namanya ‘pelangi api’, namun fenomena langka tersebut sama sekali tak ada hubungannya dengan kebakaran hutan yang marak akhir-akhir ini. Fenomena ini disebabkan oleh keselarasan unik yang terjadi di atmosfer.

Secara teknis, pelangi api disebut circumhorizontal arc. Pelangi api terjadi ketika cahaya matahari membentur kristal es heksagonal pada sudut tertentu di awan cirrus tipis.

Hanya awan cirrus—yang melayang di ketinggian 20.000 kaki (6,096 meter) di atas tanah—yang cukup dingin untuk pembentukan kristal es.

Pelangi api hanya terjadi ketika matahari sangat tinggi di langit (lebih dari 58 ° di atas cakrawala). Kristal es heksagonal yang membentuk awan cirrus juga harus berbentuk seperti piring tebal yang menghadap ke tanah.

Ketika sinar matahari melewati kristal es ini, beberapa panjang gelombang akan membias, atau dibelokkan. Mirip dengan bagaimana efek penyebaran warna pada prisma.

Semakin jauh dari khatulistiwa, matahari semakin sedikit bersinar di ketinggian terbentuknya awan cirrus. Tak heran jika pelangi api jarang ditemukan di Eropa tengah atau utara, tetapi sering di Amerika Serikat.

Tempat terbaik untuk melihat pelangi api yaitu di daerah dekat khatulistiwa pada siang hari di tengah musim panas. Sebab, pelangi api adalah pertunjukan musim panas.