Perlakukanlah Hewan Ternak dengan Manusiawi

By , Selasa, 25 Agustus 2015 | 17:30 WIB

Bukan lagi rahasia bahwa hewan dalam industry pangan dunia mendapat perlakuan yang tidak manusiawi. Sebuah op-ed di The New York Times mengkritik negara bagian yang memberlakukan hukum ag-gag—hukum yang melarang dokumentasi kegiatan peternakan tanpa seizin yang bersangkutan—dan dalam argumennya menyebutkan bahwa industri penjagalan hewan merupakan industri sadis. Saat beberapa pihak sibuk menguak dan melakukan protes akan perlakuan yang tidak manusiawi tersebut, beberapa pihak lainnya, seperti Temple Grandin, sibuk memperbaiki sistem perlakuan terhadap hewan menjadi lebih baik.

Para ahli kuda, salah satunya bernama Buck Brannaman memberlakukan sistem pelatihan tanpa kekerasan terhadap kuda-kudanya. Sistem bernama natural horsemanship, sistem perawatan kuda secara alami, merupakan latihan dengan menirukan cara kuda berinteraksi di dalam kawanan. Dengan latihan yang demikian, kuda akan menurut dan tidak akan melemparkan penunggangnya bahkan saat pertama kali ditunggangi. Perlakuan yang baik terhadap kuda merupakan awal dari pemikiran untuk memberlakukan perlakuan yang baik pula terhadap hewan ternak.

Di Oregon, seorang koboi bernama Bud Williams mengembangkan sebuah pendekatan low-stress untuk mengurus hewan ternak, yang disebut stockmanship. Ide ini muncul berdasarkan pemikiran bahwa hewan ternak memiliki flight zone, sebuah ruang pribadi yang tidak boleh dilanggar apabila ingin hewan ternak tetap melakukan yang kita kehendaki. Banyak koboi yang meneruskan ajarannya, misalnya koboi dari Montana bernama Curt Pate yang mengajar stockmanship untuk program Beef Quality Assurance. Rupanya, perlakuan yang manusiawi terhadap hewan ternak nantinya akan menghasilkan daging yang lebih enak untuk dikonsumsi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas daging untuk konsumsi. Pada industry daging, salah satu yang sangat ditakuti oleh produsen adalah dark cutter, daging yang dihasilkan oleh hewan yang ketakutan saat akan dipotong sehingga adrenaline terpompa di dalam tubuhnya. Daging yang dihasilkan dari proses tersebut adalah daging keras yang memiliki rasa yang kurang nikmat. Dengan memperlakukan cara yang lebih manusiawi, hewan ternak yang dipanen akan tetap tenang sehingga hasil dagingnya akan menghasilkan daging yang empuk dan juga nikmat.

Pemberian suntikan (vaksin, obat-obatan serta antibiotik) pada hewan ternak juga memberi pengaruh. Suntikan yang berulang-ulang akan menimbulkan luka dan membentuk lapisan daging yang keras. Daging yang keras itu nantinya akan disisihkan dan berakhir menjadi tumpukan daging yang sia-sia. Biasanya suntikan akan diberikan pada bagian belakang atau bagian bokong hewan ternak karena lebih mudah dijangkau dan lebih aman bagi penyuntiknya, namun karena akan menghasilkan daging yang keras di bagian yang seharusnya dapat dimakan, kini suntikan diberi di daerah leher hewan ternak.

Hewan ternak juga harus dijaga agar tidak stress karena akan mempengaruhi nafsu makan mereka. Hewan ternak yang stres akan berhenti membentuk lemak pada daging mereka, padahal lemak merupakan salah satu factor yang membuat daging menjadi kaya akan rasa.