Memasak air hingga mendidih belum tentu aman dikonsumsi. Memasak air memang bisa membunuh bakteri di dalamnya, tetapi belum tentu menghilangkan bahan kimia. Masalahnya, bahan kimia sangat mungkin terkandung pada air yang telah tercemar.
“Kalau bahan kimia direbus agak sulit diubah jadi tidak beracun, misalnya merkuri kan enggak bisa hilang itu. Ibaratnya rebus air ada plastiknya sampai 100 derajat celcius, bakterinya mati, tapi plastiknya kan masih ada,” terang Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Umar Fahmi Achmadi di Jakarta, Selasa (25/8/2015).
Umar mengatakan, bahan kimia itu bisa saja tercemar dari air tanah, seperti logam berat dan timah hitam. Jika terkandung dalam air minum dalam jumlah berlebih, tentunya bisa membahayakan kesehatan.
“Dampaknya bukan satu hari, dua hari, tapi ketika konsumsi terus-menerus selama bertahun-tahun. Bukan hanya diare, kalau tercemar bahan kimia dampaknya antara lain gangguan endokrin,” lanjut Umar.
Kondisi air yang tercemar memang menjadi masalah serius di negeri ini. Berdasarkan data LIPI tahun 2012, Indonesia memiliki peringkat terburuk dalam pelayanan ketersediaan air bersih dan layak konsumsi di Asia Tenggara.
Pendiri Indonesia Water Institute Firdaus Ali mengungkapkan, ketersediaan layanan air bersih perpipaan di Jakarta saja baru mencapai 38 persen dari jumlah total populasi di Jakarta. Kondisi tersebut tentunya lebih memprihatikan di daerah timur Indonesia yang sering dilanda kekeringan.
Sayangnya, masyarakat sering kali tak menyadari bahwa air yang dikonsumsi telah tercemar. Sebab, terkadang air tampak bening atau bersih. Sejumlah alat penyaring atau pemurnian air kemudian diklaim bisa menyaring kuman, bakteri, virus, bahkan bahan kimia sehingga menghasilkan air minum layak konsumsi.
General Manager Water Business PT Unilever Indonesia Mona Majid mengatakan, air layak minum bisa dihasilkan alat penyaring air, karena menggunakan teknologi tinggi. “Pureit Classic misalnya, itu menggunakan teknologi pemurnian empat tahap. Sedangkan, Pureit dengan teknologi yang terbaru menggunakan sinar UV untuk menyaring kotoran bakteri, virus, hingga bahan kimia,” kata Mona.
Mona mengatakan, konsumen bisa langsung minum air keran setelah melewati alat pemurnian air tersebut. Menurut Mona, cara ini juga akan menghemat pengeluaran yang biasanya digunakan untuk membeli air bersih.