Ritual tahunan warga Tionghoa, Bakar Tongkang menjadi daya pikat utama Kota Bagan Siapiapi. Hal ini dipaparkan Mardi Wu, pembicara Kompas Klass Destinasi #Plesiran: Bagan Siapiapi & Marocco, Kompas Travel Fair (KTF) 2015, Minggu (30/8).
Festival Bakar Tongkang adalah ritual etnis Tionghoa yang tinggal di Bagan Siapiapi. Mereka membuat kapal layar yang disebut kapal tongkang dan membakarnya.
Tak hanya itu, selama ritual ini, berbagai kelenteng yang memenuhi Bagan Siapiapi melakukan upacara pemanggilan roh. Biasanya ada orang yang bersedia menjadi medium untuk dirasuki roh.
"Menariknya yang kerasukan (orang) di ritual ini yang saya lihat tak menampilkan kelihaian atau kekebalan, tapi malah tertawa. Bahkan ada pria yang kerasukan roh wanita dan buang air kecil sambil jongkok," kisah Wu yang juga lahir dan besar di Bagan Siapiapi.
Ritual Bakar Tongkang pada dasarnya berawal dari keputusan masyarakat Tionghoa yang berlayar ke kota ini. Mereka membakar perahu mereka sebagai tanda keputusan menetap di tempat ini. Diakui Wu, keberadaan Bagan Siapiapi tidak bisa dipisahkan dari peran pelayar Tionghoa.
Namun seiring perjalanan waktu, masyarakat Bagan Siapiapi banyak yang merantau. Ritual Bakar Tongkang dijadikan sebuah festival untuk mengingatkan warga Bagan Siapiapi yang merantau agar pulang.
"Setiap festival, kota pasti penuh, biasanya pengunjung sekalian berwisata kuliner selama festival," terang Wu.
Featival Bakar Tongkang diadakan setiap tahun biasanya pada bulan Juni. Bagan Siapiapi merupakan ibu kota Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Selain festival ini, Wu juga mengajak masyarakat untuk berkunjung saat imlek.
"Di sana (Bagan Siapiapi) nanti masyarakat menggantung lampion di rumah-rumah mereka, suasananya menarik," jelas Wu.