Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) mencatat Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, sebagai pemegang rekor kategori pemakaian songket terbanyak dalam satu kegiatan pada Sawahlunto International Songket Festival (SISCA) 2015.
Manajer Muri, Garry Benedict di Sawahlunto, Sabtu (29/8/2015), mengatakan pihaknya melalui data sampling memperkirakan jumlah pemakai songket pada kegiatan tersebut mencapai 17.290 orang, dengan kreasi yang beragam dan juga melibatkan sebagian besar masyarakat kota itu, selain jumlah peserta karnaval yang tercatat berjumlah 1.700 orang lebih.
"Rekor ini pantas dibukukan tidak hanya oleh Muri, tapi lembaga pencatat rekor dunia lainnya pun sudah sewajarnya menjadikan pencapaian tersebut pantas untuk dicatatkan sebagai rekor dunia, karena kreasi yang ditampilkan cukup unik dan seluruhnya lahir dari sebuah kearifan lokal kelompok masyarakat tradisional," paparnya.
Sementara itu, Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf saat menerima Piagam Rekor Muri tersebut mengatakan, semua keberhasilan yang sudah dicapai itu merupakan prestasi membanggakan yang berhasil dipersembahkan masyarakat dan pemerintah daerah.
Menurut Ali, kegiatan tersebut terinspirasi dari sebuah pesta rakyat di negeri Belanda, Tong-Tong Fair, yang sudah berlangsung secara rutin sejak berabad-abad silam.
Sejarah pernah mencatat songket silungkang pernah hadir dalam kegiatan tersebut dan merupakan langkah awal kerajinan masyarakat lokal kota itu, mampu menembus pasar dunia internasional.
"Kejayaan itulah yang ingin kami ciptakan kembali, yakni dengan menjadikan karnaval songket ini menjadi agenda rutin tahunan yang diadakan di negeri Belanda setiap tahunnya hingga saat ini," katanya.
Wali Kota Sawahlunto melanjutkan, pihaknya merencanakan sedikitnya ada tiga pesta rakyat yang menjadi agenda tahunan di kota itu, yakni prosesi Makan Bajamba pada setiap hari jadi Kota Sawahlunto, setiap tanggal 1 Desember, dan karnaval songket setiap tanggal 28-30 Agustus seperti yang sudah terealisasi.
Sementara untuk pesta rakyat yang ketiga, Pemkot Sawahlunto akan merancang sebuah kegiatan keramaian seperti pasar malam tongtong untuk dikembangkan dengan nuansa budaya lokal dengan melibatkan seluruh masyarakat dari berbagai lapisan.
"Kegiatan tersebut merupakan media untuk lebih mengenalkan kota ini dengan segala potensi yang dimiliki sebagai Kota Heritage dengan ragam budayanya, serta mengembangkan beberapa potensi lain di bidang kepariwisataan," ujarnya.
Tujuan akhir dari seluruh daya upaya tersebut dapat menjadi momentum kebangkitan kelompok usaha kecil menengah yang tersebar di kota itu, khususnya para pengrajin songket Silungkang.
"Semua itu membutuhkan dukungan dari semua pihak dengan menumbuhkembangkan rasa cinta kepada produksi negeri sendiri, yang merupakan basis pasar potensial terhadap produk-produk yang dihasilkan itu," tambah Ali Yusuf.