Kematian Knut Si Beruang Kutub, Akhirnya Terpecahkan

By , Rabu, 2 September 2015 | 18:15 WIB

Sebuah penyelidikan baru telah menunjukkan bahwa ia memiliki jenis peradangan autoimmune dari otak yang juga dikenali pada manusia.

Peneliti berharap pengetahuan ini dapat membantu penderita baik manusia dan hewan.

Knut menjadi selebriti internasional, setelah ditinggalkan oleh ibunya dan kemudian dibesarkan oleh penjaga kebun binatang.

Untuk beberapa lama, ia adalah beruang yang paling dikenal di planet ini, dengan wajahnya ditampilkan secara teratur di TV dan koran, bahkan di sampul depan majalah Vanity Fair.

Kematian-nya pun adalah mengundang perhatian dunia. Knut mengalami kejang dan jatuh ke dalam parit kandangnya—tepat di depan banyak pengunjung kebun binatang yang datang untuk melihatnya.

Nekropsi yang dilakukan menyimpulkan ia menderita ensefalitis, peradangan otak, tetapi  penyelidikan para ilmuwan menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk hal tersebut. Mereka menduga beberapa jenis infeksi, namun semua screening patogen tidak menemukan apapun.

Harald Pruess, dari German Center for Neurodegenerative Diseases akhirnya melakukan penelitian tentang akar penyebab kematian Knut. Ahli gangguan manusia ini mengakui beberapa kesamaan dalam laporan post-mortem Knut ini, dan tes lebih lanjut pada sampel otak yang diawetkan dari beruang dikonfirmasi berkaitan.

"Penyakit yang sekarang telah kita identifikasi sebagai penyebab kematian adalah suatu peradangan autoimmune dari otak," katanya kepada wartawan. "Antibodi yang biasanya membantu kita untuk bertahan terhadap virus atau bakteri dalam keadaan tertentu berbalik melawan sel-sel tubuh dan menyerang saraf mereka sendiri.”

"Dalam ensefalitis autoimmune yang paling umum, antibodi ini mengikat reseptor glutamat dalam otak yang disebut reseptor NMDA dan menyebabkan kejang, gangguan kognitif, psikosis atau koma."

Pada manusia, reseptor ensefalitis anti-NMDA mempengaruhi sekitar satu dari 200.000 orang per tahun, sebagian besar perempuan. Hal ini cukup sering terlihat pada pasien dengan kanker ovarium. Antibodi yang sama yang diproduksi untuk melawan tumor juga akan menempel pada reseptor sel otak.

Knut adalah subjek non-manusia pertama yang menunujukkan reseptor ensefalitis anti-NMDA, dan dalam makalah mereka, yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports, para peneliti mengatakan sangat mungkin jauh lebih umum dari asumsi sebelumnya—tidak hanya di penangkaran atau hewan peliharaan, tetapi juga di alam liar.

Pada manusia, penyakit ini bisa diobati. Pasien diberikan steroid dan menjalani apa yang dikenal sebagai plasmapheresis untuk menghapus antibodi yang bertanggung jawab dari darah mereka. Asisten penulis Alex Greenwood, dari Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research di Berlin, mengatakan terapi yang sama sekarang bisa dikembangkan untuk hewan.

"Cukup banyak aspek kehidupan Knut yang dimainkan di ruang publik,” ujarnya kepada BBC News. "Dan merenungkan sekarang, kami sangat senang untuk mencapai titik di mana kita dapat mengakhiri cerita dengan mengatakan mengapa ia meninggal.” "Ada beberapa pengakhiran. Pengakhiran baginya (Knut). Tetapi  ini membuka kemungkinan untuk hewan lain. Dia akan menjadi pemicu untuk penelitian yang dapat membantu tidak hanya beruang kutub lain tapi juga hewan liar." Greenwood dan Pruess mengatakan mereka berharap publisitas seputar Knut akan meningkatkan kesadaran reseptor ensefalitis anti-NMDA dalam profesi medis, memastikan pasien manusia didiagnosis dan diobati segera.