<i>Flashpacker</i>, Bukan Turis ataupun <i>Backpacker</i>

By , Kamis, 3 September 2015 | 13:00 WIB

Istilah flashpacker dipublikasikan sekitar 4 hingga 5 tahun yang lalu, meski sebenarnya sebagian orang telah menerapkannya jauh sebelum pembendaharaan kata baru lahir. Flashpacker hadir sebagai jembatan baru bagi traveler yang memosisikan diri bukan termasuk turis maupun backpacker.

Dibandingkan dengan turis, flashpacker lebih memilih untuk menyusun jadwal dan agenda perjalanan secara independen, tidak tergantung dengan biro wisata. Kalaupun membutuhkan peran pihak biro, biasanya para pelancong memanfaatkan waktu bebas untuk memisahkan diri dari rombongan untuk mengeksplorasi area lainnya. Waktu perjalanan yang tidak terikat dan fleksibel menjadi salah satu prinsip flashpacker, tetapi tetap berusaha memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya walaupun masa liburan terbatas.

Memiliki waktu fleksibel saat bervakansi bukan berarti menjadikan flashpacker serupa dengan backpacker, istilah yang familier lebih dulu. Jika membandingkan keduanya, flashpacker tidak memprioritaskan budget (budget oriented). Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah pengalaman (experience oriented), kemudahan, serta kenyamanan (convenience and comfort).

Perbedaan orientasi flashpacker dengan gaya traveling lainnya cukup kentara. Akan tetapi, seorang pelancong juga tetap perlu memperhatikan beberapa hal. Di antaranya adalah berikut ini.

Bekal informasi

Apabila hendak bepergian sendirian, pastikan Anda memiliki bekal informasi yang cukup mengenai destinasi yang dituju walaupun tidak menutup kemungkinan rencana bisa berubah setiba di sana. Lengkapi pula catatan mengenai jadwal dan jenis moda transportasi umum yang bisa dimanfaatkan serta karakteristik destinasi agar Anda tetap menjaga etiket dengan penduduk lokal.

 

Bekal peta

Internet memang memudahkan segalanya. Terlebih lagi, kini jamak aplikasi ponsel cerdas yang menawarkan peta digital dan berintegrasi dengan sistem GPS. Sayangnya, hal-hal tak terduga bisa saja terjadi seperti tidak stabilnya kecepatan koneksi atau baterai ponsel yang lemah. Sebagai cadangan, bawalah peta. Cara konvensional ini justru cenderung lebih efisien dan efektif.

Komunikatif

Berpelesir dengan destinasi baru atau adanya kendala bahasa menjadi alasan yang bisa saja melatarbelakangi flashpacker lebih memanfaatkan biro perjalanan. Kendati demikian, naluri untuk mencari rute unik tetap saja tak bisa dihindari. Jika benar-benar ingin memisahkan diri dari grup, komunikasikan secara detail bersama pemimpin rombongan dan anggota lainnya sehingga tidak terjadi miskomunikasi.

Menjadi flashpacker, backpacker, ataupun turis hanyalah pilihan. Sesuaikanlah dengan karakter dan kondisi Anda. Tak ada salahnya pula Anda menentukan gaya sendiri asalkan suasana berlibur terasa nyaman dan menyenangkan. [*/GPW/www.kompastravelfair.com]