Mengkloning Mamut Mungkin Dilakukan!

By , Sabtu, 5 September 2015 | 09:30 WIB

Di bagian utara Rusia, Sakha, sekumpulan ilmuwan telah mendirikan laboratorium yang bertujuan untuk mewujudkan cloning mamut. Laboratorium tersebut dibuka  pada bulan Maret, dan merupakan proyek kerjasama antara ilmuwan Rusia dan Korea yang akan berusaha mewujudkan kloning mamut, jelas Lena Grigoryeva, peneliti senior dari laboratorium tersebut.     

Peluncurannya telah direncanakan sejak tiga tahun yang lalu, dalam persetujuan antara North Eastern Federal University di Rusia dan Sooam Biotech Research Foundation di Korea Selatan. Laboratorium ini memiliki fokus mempelajari lapisan tisu hewan-hewan purba bersama dengan genom mereka. “Kami berencana untuk mempelajari bukan hanya sel dari hewan-hewan purba, tapi juga DNA mereka,”kata Semyon Grigoryev, direktur Museum Mamut di Rusia.

Meskipun ilmu pengetahuan masih tertinggal puluhan tahun dari kloning yang sesungguhnya, penemuan yang ditemukan dalam penelitian tersebut dapat digunakan saat ini, ungkap Grigoryeva. “Saat ini ada hewan-hewan yang berada dalam ancaman kepunahan, dan penelitian ini berkontribusi pada perkembangan ilmiah (yang juga dapat membantu membalikkan keadaan),”tambah Grigoryeva.

Semua barang-barang yang dibutuhkan telah didapatkan sebelum krisis ekonomi dan para ilmuwan telah menyatukan seluruh fasilitas pada tahun 2012. Keadaan ekonomi yang sekarang sulit tidak menghambat mereka. “Tentu saja kami ingin mendapatkan dana yang lebih, tapi karena kami baru saja mulai beroperasi, kami belum membutuhkan yang begitu banyak sekarang,”kata Grigoryeva.

Saat ini mereka telah memiliki 2,000 sampel hewan purba yang beku, membuat mereka memiliki koleksi terbanyak di Rusia. Beberapa darinya berumur lebih dari 10,000 tahun, seperti mamut Malolyakhovsky yang ditemukan pada tahun 2013, yang diperkirakan berumur lebih dari 28,000 tahun. Kebanyakan sampel-sampelnya ditemukan di Sakha, di daerah permafrost—daerah yang memiliki lapisan tanah yang beku—yang membuat peninggalan hewan-hewan tersebut terawetkan dengan baik. Salah satu penemuan di daerah tersebut adalah mamut yang ditemukan tahun 2013 dengan daging masih berwarna merah.

Sayangnya, birokrasi sering memperlambat proses penemuan ilmiah ini. “Kadang kemungkinan untuk memproses sampel di Rusia hampir tidak ada, jadi kami harus mengirimnya kepada kolega kami di luar negeri. Untuk melakukan itu, kami harus mengurus banyak berkas dan berurusan dengan banyak institusi pemerintah.”

“Kami hanya bisa mengirimkan mamut (kepada ilmuwan Korea) setelah setengah tahun mempersiapkan pengirimannya. Selama menunggu persiapan, sampel nya hanya tergeletak, membusuk.”kata Grigoryeva. Kesulitan lain yang dihadapi mereka adalah untuk menemukan seluruh untaian DNA—yang biasanya hanya ditemukan kepingan-kepingannya. Mereka berusaha menyatukan kepingan-kepingan tersebut untuk membentuk yang utuh.

Grigoryeva yakin bahwa mamut yang dikloning akan bertahan hidup di utara Rusia karena cuaca di sana cukup dingin. Namun, walaupun ilmu pengetahuan telah membuat perkembangan yang cepat dalam wilayah ini, menurutnya mamut belum akan bisa dikloning dalam waktu dekat. “Saya pikir tujuan ini belum bisa diraih dalam masa hidup saya.”katanya.

Mengkloning mamut mungkin saja menjadi mimpi untuk masa depan karena beberapa hewan punah telah berhasil dikloning. Pada tahun 1990an, seekor kloningan domba bernama Dolly lahir dan menjadi kesuksesan pertama dalam bidang ini. Tikus, kambing, babi, dan sapi juga telah masuk ke dalah daftar eksperimen yang sukses.