Bulan lalu, tim ilmuwan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menetapkan sebuah ekspedisi 69 hari yang disebut “Hohonu Moana” (“Lautan Dalam”, dalam bahasa Hawaii). Ekspedisi ini bertujuan untuk menyelidiki beberapa perairan paling terpencil yang belum diselidiki di Kepualauan Hawaii.
Dengan menggunakan wahana dengan kendali jarak jauh yang diluncurkan dari kapal Okeanos Explorer, anggota tim dapat menjelajahi bawah laut dan di sekitar Monumen Kelautan Nasional Papahaanaumokuaakea di barat laut kepulauan Hawaii. Mereka juga menyelidiki Atol Johnston di Monumen Kelautan Nasional Pulau PasifikTerpencil serta Suaka Alam Laut Paus Bungkuk di Kepulauan Hawaii.
"Daerah ini mewakili beberapa ekosistem laut yang relatif murni di planet ini," kata Holly Bamford, asisten administrator NOAA kepada National Ocean Service.
Bagian terbaiknya, NOAA menayangkan siaran langsung penjelajahan tersebut hingga akhir September, memungkinkan publik turut merasakan kegembiraan dari jarak bermil-mil di bawah laut.
Tujuan dari misi Hohonu Moana termasuk mengidentifikasi dan karakterisasi habitat laut yang rentan dan mengumpulkan informasi tentang sejarah geologi kompleks gunung laut Pasifik Tengah.
"Mengingat bahwa daerah ini belum terjamah, masih sangat terpencil, mereka dikenal sebagai hotspot keanekaragaman hayati, saya akan sangat terkejut jika kita tidak melihat banyak hewan dan fenomena yang baru bagi ilmu pengetahuan," kata Christopher Kelley, pemimpin ekspedisi sekaligus seorang profesor biologi di University of Hawaii di Manoa.
NOAA mengatakan pekerjaan di sekitar Johnston Atol akan menjadi karya ilmiah terbesar yang dilakukan di sana sejak Presiden Barack Obama memperluas Monumen Kelautan Nasional Pulau Pasifik Terpencil satu tahun yang lalu.