Berkat Sebuah Fosil, Evolusi dan Asal-Usul Penyu Berhasil Terungkap

By , Minggu, 6 September 2015 | 09:05 WIB

Ahli Paleontologi menyatakan bahwa Eunotosaurus africanus—fosil reptil berusia 260 juta tahun dari Karoo Basin di Afrika Selatan yang berkerabat dengan kura-kura modern, dapat memberikan pandangan tentang asal usul reptil yang mengagumkan ini.

Eunotsaurus africanus tidak memiliki cangkang seperti kura-kura pada umumnya. Tulang rusuk luas dan khas yang melingkari tubuh mereka adalah indikasi pertama bahwa binatang purba ini merupakan petunjuk penting dalam misteri panjang yang belum terpecahkan: asal-usul penyu.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Nature, para ilmuwan memusatkan perhatian mereka pada tengkorak Eunotosaurus africanus. Temuan mereka menunjukkan bahwa anatomi kompleks tempurung kepala meyakinkan bukti bahwa spesies ini memiliki peranan penting dalam sejarah evolusi penyu.

"Studi kami sebelumnya menunjukkan bahwa Eunotosaurus africanus memiliki struktur yang mungkin mewakili langkah pertama dalam evolusi cangkang penyu, tapi kekurangan studi saat itu adalah analisis rinci dari tengkorak," kata rekan penulis Dr Tyler Lyson dari Museum Sains dan Alam Denver.

Menggunakan computed tomography  resolusi tinggi, para ilmuwan digital membedah tulang dan struktur internal beberapa tengkorak Eunotosaurus, yang semuanya disimpan di museum Afrika Selatan. 

Salah satu hasil temuan penelitian ini adalah fakta bahwa tengkorak Eunotosaurus africanus memiliki sepasang perangkat pembuka di belakang mata yang memungkinkan otot-otot rahang memanjang dan melentur selama mengunyah.

Dikenal sebagai kondisi diapsid, pasangan perangkat pembuka ini juga ditemukan pada kadal, ular, buaya, dan burung. Tengkorak penyu modern merupakan anapsid (tanpa bukaan), dengan ruang otot rahang tertutup sepenuhnya oleh tulang.

Perbedaan anapsid-diapsid sangat dipengaruhi gagasan lama bahwa penyu adalah sisa-sisa keturunan reptil kuno dan tidak terkait erat dengan kadal modern, buaya, dan burung. Namun, data baru menolak hipotesis ini.

Dalam menghubungkan penyu dengan keturunan diapsid mereka, tengkorak Eunotosaurus africanus juga mengungkapkan bagaimana bukti keturunan yang menjadi kabur selama tahap-tahap selanjutnya dari evolusi penyu.

"Tengkorak Eunotosaurus africanus tumbuh sedemikian rupa bahwa keadaan diapsid terlihat jelas di masa remaja tapi hampir sepenuhnya menghilang ketika menjadi dewasa," kata penulis utama, Dr Gaberiel Bever dari Institut Teknologi New York.

Jika lintasan pertumbuhan yang sama ini dipercepat dalam generasi berukutnya, maka tengkorak diapsid asli dari nenek moyang penyu akhirnya dapat digantikan oleh tengkorak anapsid yang dapat kita temukan pada penyu modern.