Mozambik mengumumkan telah bebas ranjau darat, mengakhiri kerja keras dua dekade untuk menyingkirkan warisan negara berupa perang yang membunuh atau melukai ribuan orang—dimana banyak dari mereka adalah warga sipil.
Sebuah badan amal Inggris, HALO Trust, mengatakan pada Kamis (18/9) bahwa mereka telah membersihkan lebih dari 171.000 ranjau darat dari 1.100 ranjau di Mozambik sejak tahun 1993 dan akhirnya menghancurkan tambang terakhir yang diketahui.
"Saya memiliki kehormatan untuk menyatakan Mozambik sebagai negara bebas dari ancaman ranjau darat," kata Menteri Luar Negeri Oldemiro Baloi pada upacara di ibukota Maputo.
Jumlah korban manusia yang disebabkan oleh ranjau darat di negara ini tidak diketahui secara tepat. Tapi laporan utama pada tahun 1994 oleh Human Rights Watch (HRW) mengatakan korban ranjau darat diklaim antara 10.000 sampai 15.000 jiwa.
HRW memperkirakan 8.000 orang yang diamputasi telah menerima perawatan medis dan ribuan orang tewas atau tidak mencari perawatan medis.
"Saya senang bahwa tidak ada orang lain akan berakhir seperti saya. Saya senang karena orang bisa melanjutkan hidup mereka tanpa takut ancaman ranjau darat," kata Jose Chiango (29) yang kaki kanannya diamputasi dari lutut ke bawah setelah ia menginjak sebuah ranjau di distrik pedesaan timur.
Dekade perang Mozambik berperang hampir terus-menerus selama beberapa dekade, yang pertama dalam perang kemerdekaan melawan penguasa Portugis kolonial.
Setelah Portugis keluar pada tahun 1975, pemerintah berkuasa Frelimo berjuang melawan pemberontak Renamo dalam konflik yang merupakan bagian Perang Dingin. Perang itu berakhir dengan kesepakatan damai pada tahun 1992.
HALO mengatakan pembersihan ranjau telah membantu Mozambik mengembangkan infrastruktur, mengakses komoditas penting, meningkatkan pariwisata dan menarik investasi internasional. Masyarakat sekarang dapat memupuk tanaman dan ternak dapat merumput aman, ujar HALO.
Konvensi Ottawa 1999 melarang penggunaan, penimbunan, produksi dan transfer ranjau darat anti-personil. Meski didukung oleh sebagian besar negara, perjanjian tersebut belum disahkan oleh Amerika Serikat, Rusia, Cina dan India.
HALO Trust bekerja di lima negara Afrika lainnya dan berharap bahwa pada akhir 2017, daerah kantong Somaliland akan menjadi tempat berikutnya di benua tersebut yang menyatakan bebas ranjau darat.