Hari Badak Internasional, Situasi Badak Kini

By , Selasa, 22 September 2015 | 21:30 WIB

Badak Indonesia adalah Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus) yang terkenal akan cula satunya dan Badak Sumatra (Dicherorhinus sumatrensis) yang bercula dua. Kedua badak ini termasuk hewan yang dilindungi karena populasinya terancam punah.

Populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon saat ini jumlahnya hanya 60 individu. Integritas habitatnya bersaing dengan pertumbuhan Arenga obtusifolia, sejenis tanaman palem yang menghalangi sinar matahari untuk menembus bagian bawah hutan. Hal ini menyebabkan sumber pangan alami badak tidak tumbuh. Hal ini merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan populasi Badak Jawa yang hanya ada di Indonesia.

“Badak jawa harus segera dicarikan “rumah baru” sebagai habitat keduanya selain di Ujung Kulon. Ini adalah langkah mitigasi yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan populasi Badak Jawa di dunia,” ujar Dr. Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF Indonesia.

Arnold menambahkan bahwa kondisi habitat Badak Jawa di TNUK sangat rentan oleh bencana alam, karena lokasinya yang dekat dengan Gunung Krakatau. Jika suatu saat meletus dan menghancurkan habitat Badak Jawa, maka Indonesia akan kehilangan salah satu asset keanekaragaman hayati.

Lahirnya Andatu menegaskan upaya konservasi perlu waktu panjang dan kesabaran. Di kandang semi alami Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Lampung ini upaya konservasi badak terus dilakukan. Kelestarian badak bercula dua ini terhimpit oleh dua sisi: perburuan dan rapuhnya habitat alaminya. Para pemburu biasanya menyasar cula, kuku kaki, dan organ tubuh badak. Selain upaya penangkaran semi-alami, para pegiat Rhino Protection Unit (RPU) di Way Kambas menggelar pengamanan, survei populasi, dan pengelolaan habitat. Setiap tahun, pemulihan vegetasi yang menjadi sumber pakan badak juga dilakukan di taman nasional. (Agus Prijono)

Badak Sumatra pun tidak kalah penting untuk segera diselamatkan. Kebakaran lahan, ekspansi lahan perkebunan, penebangan ilegal, serta perburuan menjadi isu utama pelestarian badak di Sumatra. Langkah-langkah yang konkrit perlu dilakukan Pemerintah Indonesia untuk segera menyelamatkan habitat Badak Sumatra.

Dari sembilan kantung populasi Badak Sumatra di Sumatra dan Kalimantan, hanya tersisa empat kantong saja. Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa terjadi kepunahan lokal, seperti yang terjadi di Taman Nasional Kerinci Selat, yang sejak tahun 2008 tidak lagi ditemukan Badak Sumatra. Data terakhir berdasarkan Population and Habitat Viability Assessment (PHVA:2015) bahwa badak bercula dua ini diperkirakan tersisa 100 ekor saja yang hidup di taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman nasional Way Kambas, serta satu kantung populasi yang baru teridentifikasi pada tahun 2013 di Kalimantan Timur.

Andatu, si badak Sumatera yang berhasil dilahirkan dalam penangkaran di Indonesia. Ia sedang melihat buku ceritanya. (Bill Konstant IRF)

Angin Segar

Keberadaan Badak Sumatra di Kalimantan membawa angina segar. Padahal, Badak Sumatra di Kalimantan dipercaya telah punah. Ditemukannya kembali bada bercula dua ini di Kalimantan telah menjadi harapan baru di tengah prediksi menurunnya angka populasi badak di dunia.

WWF Indonesia bersama Sekretariat Bersama Badak Indonesia sedang meneliti lebih lanjut untuk mengetahui jumlah populasi dan keberadaan badak, agar dapat ditentukan langkah-langkah penyelamatan yang tepat untuk menjaga dan mengembangkan populasi Badak Sumatra di Kalimantan.

Peringatan Hari Badak Internasional

Untuk memeringati Hari Badak International (World Rhino Day) yang jatuh pada 22 September, WWF Indonesia bekerjasama dengan beberapa lembaga, mengadakan serangkaian acara di Jakarta, Aceh, Lampung, Ujung Kulon, dan Kutai Barat. Melalui acara-acara ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta kepedulian masyarakatt akan nasib badak di Indonesia.

Berikut beberapa acara untuk memeringati Hari Badak Internasional:

  1. Jakarta                  : Pada World Rhino daya, diadakan diskusi Fotografi yang bekerjasama dengan National Geographic Indonesia dan Universitas Nasional. Akan hadir fotografer satwa liar asal Selandia Baru, Stephen Belchar, yang berhasil memotret langsung Badak Jawa di alam liar.
  2. Aceh                      : Global March for Rhino and Elephant diselenggarakan pada 3 Oktober, street campaign bersama komunitas Earth Hour Banda Aceh dan kunjungan ke sekolah-sekolah
  3. Ujung Kulon       : Kunjungan ke sekolah-sekolah, pembuatan infografis oleh siswa-siswa sekolah dan lomba penulisan tentang badak Jawa bagi jurnalis di seputar Banten, Jawa Barat.
  4. Kutai Barat          : Kunjungan ke sekolah-sekolah, serta lomba foto habitat Badak, tanggal 18-27 September.
  5. Balikpapan          : Diskusi para pakar tentang upaya-upaya konservasi Badak Sumatra di Kalimantan, tanggal 21-22 di Hotel Gran Senyiur.