Para aktivis konservasi tengah menunggu hasil uji laboratorium terkait jenis racun yang menyebabkan matinya Yongki, gajah patroli yang selama ini dikenal sebagai penengah konflik karena digunakan untuk menghalau gajah-gajah liar masuk ke desa-desa di Lampung.
Yongki ditemukan mati pada tanggal Jumat (18/9) lalu, hanya sekitar tujuh jam setelah para petugas memeriksanya di kamp di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS),
"Kemungkinan besar diracun namun racunnya apa belum jelas," menurut Yob Charles dari WWF Indonesia di Lampung.
"Kami tengah menunggu hasil uji laboratorium, di seputar lokasi tidak ada rumput yang rusak, jadi begitu Yongki diracun langsung pingsan dan kemudian mati," kata Yob.
Patroli dan pengamanan yang dilakukan di seputar TNBBS oleh para petugas taman nasional dan dibantu sejumlah LSM termasuk WWF Indonesia sudah ketat, tambah Yob.
"Para mahout (pawang) melakukan pemeriksaan pada pukul 11 malam (hari Kamis), Yongki masih hidup, dan pagi jam 07:30, Yongki ditemukan mati oleh para mahout," ucap Yob.
Dalam enam tahun terakhir, Yongki bersama tiga gajah lain Renggo, Arni dan Karnangin—semuanya berusia di atas 30 tahun—ikut berpatroli menghalau gajah-gajah liar memasuki perkampungan.
Mulut tak berbusa
Dua anak gajah lain yang dinamakan Tomang, tujuh tahun, dan Sempot, dua tahun, juga tengah dilatih untuk ikut berpatroli, menurut Yob.
"Kami semua stres, terpukul, apalagi para mahout begitu mengetahui Yongki mati. Pengamanan sudah tinggi tapi kami tetap kecolongan," cerita Yob.
Keterangan tertulis dari kepala Balai Besar TNBBS, Timbul Batubara, menyebutkan, "Informasi dari hasil pemeriksaan awal...tidak didapati adanya bekas luka tembakan. Mulut tidak berbusa dan tidak bau tapi lidah sangat biru. Secara umum semua organ dalam tampak normal (makroskopis) dan tidak ditemukan abnormalitas kecuali ditemukan cacing paramphistomum di usus besar tetapi infeksi tidak berat."
Yongki merupakan satu dari puluhan ekor gajah Sumatra—yang masuk dalam hewan yang dilindungi—yang ditemukan mati tanpa gading dalam beberapa tahun terakhir ini.
!break!Kemarahan dan duka di media sosial