Tragedi Mina, Pelajaran untuk Semua

By , Selasa, 29 September 2015 | 20:00 WIB

Musim haji di Arab Saudi tahun 1436 Hijriah ini dirundung murung. Setelah badai, hujan lebat, lalu mesin derek ambruk di Masjidil Haram, dunia Islam dikejutkan dengan tragedi besar di Mina yang menyebabkan 1.107 anggota jemaah meninggal. Bagaimana sebaiknya kita menyikapinya?

Ketika anggota jemaah haji dari berbagai negara berdatangan ke Arab Saudi, awal September 2015, negeri itu dilanda badai besar dan hujan lebat. Diduga akibat cuaca ekstrem itu, 12 September, mesin derek (crane) ambruk di Masjidil Haram, Mekkah. Sebanyak 111 anggota jemaah meninggal dan 331 luka-luka, termasuk di antaranya 11 anggota jemaah asal Indonesia meninggal dan 42 luka-luka.

Tak lama berselang, pada puncak haji, 24 September, terjadi insiden saling desak di Mina. Saat hari kejadian dilaporkan, sebanyak 717 anggota jemaah meninggal. Tetapi, seiring identifikasi jenazah, jumlah itu terus bertambah. Terakhir, Senin (28/9) siang waktu Arab Saudi, tercatat 1.107 anggota jemaah meninggal. Di antara mereka, terdapat 42 anggota jemaah asal Indonesia dan 4 warga Indonesia yang bermukim di Arab Saudi.

Jumlah itu diperkirakan akan bertambah. Jumpa pers Kementerian Agama (Kemenag) pada Senin pukul 14.30 waktu Mekkah, menyebutkan, Pemerintah Arab Saudi merilis sekurangnya 1.107 foto jenazah korban tragedi Mina. Ternyata masih ada 5 kontainer berisi jenazah yang belum dibuka oleh petugas negara setempat.

Tragedi itu juga mengingatkan kita pada peristiwa serupa sebelumnya. Dalam catatan Litbang Kompas, sejak tahun 1975 sampai 2015, setidaknya terjadi 10 kali insiden di Mina, yaitu tahun 1990, 1994, 1995, 1997, 1998, 2001, 2003, 2004, 2006, dan 2015. Jika jumlah semua korban diakumulasikan, maka total lebih dari 3.938 anggota jemaah meninggal dalam semua insiden itu.

Sejauh ini, insiden Mina tahun 1990 adalah kecelakaan dengan korban terbesar, yaitu 1.426 jemaah. Namun, jumlah korban dalam tragedi terakhir pada 2015 ini juga berpotensi mendekati angka itu. Selain 1.107 korban yang telah tercatat, masih ada 5 kontainer berisi jenazah yang belum dibuka.

Negara-negara asal anggota jemaah haji tentu kaget, sedih, dan prihatin atas tragedi ini. Tahun 2015 ini, sekitar 2 juta anggota jemaah dari berbagai negara di dunia berdatangan ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji, salah satu rukun Islam. Namun, setiba di Tanah Suci, ternyata sebagian dari mereka justru meninggal dalam kecelakaan saat menjalankan ritual melempar jumrah di Mina.

!break!

RIbuan orang mengelilingi Ka'bah yang terletak di tengah Masjidil Haram, Mekah. Bagi umat Islam, Ka'bah menjadi patokan arah kiblat. Tiap tahun, jutaan orang datang ke tempat ini untuk menunaikan ibadah haji ataupun umrah. (Christantiowati/National Geographic Traveler Indonesia)

Menyikapi

Bagaimana sebaiknya kita menyikapi tragedi ini?

Iran, dengan sekitar 155 anggota jemaahnya meninggal dalam tragedi itu, serta merta bersuara lantang. Seperti ditayangkan kantor berita resmi Iran, IRNA, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuntut Pemerintah Arab Saudi meminta maaf dan bertanggung jawab atas tragedi itu. Negara itu dianggap luput menangani keselamatan anggota jemaah haji.

Merespons tudingan itu, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir, di sela-sela Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat, menilai, Iran telah bermain politik dengan tragedi Mina, dan diminta untuk lebih bijaksana terkait meninggalnya anggota jemaah haji yang sedang beribadah. Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz al-Saud telah memerintahkan untuk merevisi pengaturan pelaksanaan ibadah haji. Pemerintah setempat juga tengah menggelar investigasi, termasuk meneliti rekaman CCTV.