Dua spesies katak arboreal ditemukan di kepulauan Raja Ampat, Papua. Keduanya merupakan anggota dari genus Cophixalus yang umumnya ditemukan di Papua New Guinea dan Australia bagian utara. Secara keseluruhan, katak genus Cophixalus terdiri dari 63 spesies yang diakui.
Kedua spesies baru tersebut diberi nama Cophixalus rajampatensis dan C. Salawatiensis, mereka dikumpulkan dari hutan hujan dataran rendah. Setelah hujan lebat di malam hari, katak jantan bertengger di semak-semak dan masing-masing menghasilkan suara unik.
Rainer Günther, Stephen Richards, Burhan Tjaturadi, Keliopas Krey merupakan ilmuwan yang menemukan dan meneliti kedua spesies katak tersebut.
Dalam penelitiannya, para ilmuwan menemukan bahwa keduanya memiliki karakteristik tubuh kecil dan ramping yang sama, berukuran panjang kurang dari 23 mm. Namun, ada perbedaan pada kedua spesies tersebut dalam ciri morfologis dan suara panggilan khas yang diproduksi oleh hewan jantan untuk menarik perhatian betina.
Uniknya, ketika salah satu spesimen C. salawatiensis dibedah, terdapat sistem reproduksi dengan telur yang berkembang dengan baik. Secara bersamaan, ditemukan organ untuk memproduksi suara yang biasa terdapat pada spesies jantan. Spesies ini akhirnya diidentifikasi sebagai hermafrodit.
Kedua spesimen tersebut telah ditempatkan dalam koleksi Museum Zoologi Bogor (MZB) di Cibinong, Indonesia.