Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah memiliki potensi menarik yang bisa dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata. Salah satu potensi unggulannya adalah keberadaan Candi Ngawen yang terletak di tengah-tengah desa ini.
Candi Buddha ini memang belum sepopuler Candi Borobudur dan Candi Mendut yang hanya berjarak belasan kilometer saja. Beberapa sumber menyebutkan, Candi Ngawen merupakan peninggalan raja-raja wangsa Syailendra abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Di dalam komplek candi terdapat lima buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan ornamen patung singa pada keempat sudutnya. Kemungkinan besar candi ini merupakan bangunan suci yang tersurat dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M.
"Candi Ngawen merupakan maskot utama dari Desa Wisata Desa Ngawen yang diharapkan menarik wisatawan untuk berkunjung," kata Bambang Siswojo, tokoh masyarakat Desa Ngawen, di sela peresmian Desa Ngawen sebagai Desa Wisata, Sabtu (10/10/2015).
Bambang menyebutkan, kunjungan wisatawan ke Candi Ngawen masih tergolong sedikit dibanding Candi Borobudur dan Candi Mendut. Setiap hari, rata-rata 15-20 wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang datang. "Oleh karena itu kami berkomitmen untuk mengelola aset Candi Ngawen, demi melestarikan cagar budaya, serta perkembangan pariwisata," katanya.
Selain Candi Ngawen, lanjut Bambang, masih banyak potensi yang tersimpan di desa yang dihuni 1.843 kepala keluarga ini. Beberapa di antaranya adalah Sendang Manis di Dusun Citro. Disebut demikian karena air di sendang atau kolam pemandian ini memiliki rasa yang manis. Konon, kolam ini adalah petilasan Kyai Raden Santri yang digunakan untuk berwudhu.
Tidak hanya itu, ada beragam kerajinan tangan yang bisa dijadikan cinderamata wisatawan yang berkunjung ke Desa Ngawen. Seperi kerajinan Doran atau tangkai cangkul yang terbuat dari pohon aren. Kemudian ada pula aneka kuliner tradisional khas Muntilan seperti Jenang, Jemunak, dan lainnya.
Camat Muntilan, Jawawi, berharap Desa Ngawen tidak hanya sebagai tujuan wisata sejarah tapi juga wisata religi seperti Desa Gunungpring yang lebih dulu menjadi desa wisata religi. Bukan tidak mungkin juga akan menjadi destinasi wisata edukasi.
"Harapan kami ke depan juga ada wisata edukasi, kami memiliki lahan 6.000 meter persegi di sekitar Kali Blongkeng yang bisa dipakai untuk bumi perkemahan. Karena jenis lahan itu tidak bisa dibuat untuk lahan pertanian," papar Jawari.
Sementara itu, Edi Susanto, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang, melihat antusias dan optimisme masyarakat Desa Ngawen dengan diresmikannya Desa Wisata Ngawen. Hal itu menjadi titik awal pengembangan pariwisata yang lebih baik.
"Pariwisata yang dikelaola dengan baik akan ikut menggerakkan ekonomi masyarakat, industri kratif akan semakin terbuka dan Desa Ngawen berpotensi untuk itu. Tinggal kecerdikan stake holder menangkap peluang itu," ungkap Edi.