Waktunya Penjelajah Muda Indonesia yang Berkarya!

By , Sabtu, 17 Oktober 2015 | 19:00 WIB

Saat itu hari Kamis (15/10), pukul dua siang. Matahari bersinar demikian terik, namun tidak menyurutkan niat orang-orang yang sedang mengantre panjang di luar Ruang Terapung Perpustakaan Universitas Indonesia. Mereka membariskan diri dengan rapi sebelum memasuki ruangan untuk melakukan registrasi acara Young Explorers Grants Workshop yang diselenggarakan oleh National Geographic.

Acara workshop yang disponsori oleh Universitas Indonesia, Billingsey, Henry Luce Foundation serta The Brinson Foundation ini dihadiri oleh anggota-anggota komunitas National Geographic mancanegara yang akan membagi pengalaman serta ilmunya kepada para peserta. Para pembicara dalam workshop ini adalah Dr. Jatna Supriatna, Dr. John Francis, Dr. Rob Lee, Rebecca Martin, Katia Andreassi serta empat penjelajah muda penerima hibah National Geographic.

Meja registrasi di Ruang Terapung Perpustakaan Universitas Indonesia untuk Young Explorer Grants Workshop (15/10). (Haura Najmakamila)

Setelah mendaftarkan diri, para peserta mendapatkan booklet yang dapat membantu mereka dalam kelangsungan workshop. Tidak lama, nyaris seluruh kursi sudah terisi oleh para peserta yang antusias. Pada pukul 14.45, Bayu Dwimardhana, managing editor National Geographic Indonesia, menyapa seluruh peserta dengan gayanya yang bersahabat, menandakan bahwa kegiatan workshop akan segera dimulai.

Acara diawali dengan sambutan pembuka dari Dr. Jatna Supriatna. Dia bercerita mengenai pengalamannya menjelajah dan meneliti alam. Dia menuturkan bahwa pembentukan proyek untuk hibah ini adalah ajang mendidik para ilmuwan muda Indonesia agar dapat menghasilkan ide-ide baru yang dapat memajukannegeri tercinta dalam berbagai bidang. Dia berharap antuasiasme peserta dapat terus bertahan hingga menghasilkan suatu karya.

Dr. John Francis kemudian mengambil alih podium. Dia menjelaskan misi dan hibah National Geographic, serta menceritakan bahwa dulu dia juga salah satu orang yang mendapatkan hibah. Dr. John Francis kemudian memberikan kenang-kenangan berupa sebuah buku kumpulan foto karya Steve Winters yang berjudul Tigers Forever kepada Dr. Jatna Supriatna.

Penjelasan program Young Explorers Grant selanjutnya diambil alih oleh Rebecca Martin selaku direktur dari Expedition Council and Young Explorer Grants. Dia menjelaskan bahwa program ini telah berlangsung selama 8 tahun dan telah memberikan hibahnya kepada 454 pihak. Rebecca Martin kemudian memperkenalkan para penjelajah muda yang turut hadir di sana, dan menjelaskan bahwa ini kali pertama mereka membawa para penjelajah muda penerima hibah untuk ikut serta ke dalam workshop.

Para penjelajah muda itu berjumlah empat orang. Mereka adalah Mark Phuong dari Amerika Serikat, Hannah Reyes dari Filipina, Robert Suro dari Puerto Rico, serta Prasenjeet Yadav dari India. Keempatnya kemudian menyapa para peserta dan mempresentasikan pekerjaan serta hidup mereka sebagai penjelajah. Presentasi dibuat demikian menarik sehingga membuat para peserta tertawa dengan celoteh jenaka mereka.

Podium kembali diambil alih, kali ini oleh Katia Andreassi. Dia adalah program officer dari Expedition Council and Young Explorer Grants dan akan memberikan penjelasan tentang tata cara untuk ikut serta dalam program ini. Penjelasan yang dia berikan begitu jelas dan terperinci, dia bahkan menyertakan beberapa hal yang perlu diperhatikan serta tips-tips dalam meminta hibah.

Dr. Rob Lee, selaku direktur dari Regional Grant Program Indonesia, kemudian memberikan penjelasan tentang langkah karir selanjutnya yang dapat diambil dari bidang yang dipilih. Dia menekankan kepada para peserta untuk tidak pernah menyerah, sebagaimana dia yang baru mendapatkan hibah di permintaannya yang ke-11.

Panel diskusi dalam Young Explorer Grants Workshop di Ruang Terapung Perpustakaan Universitas Indonesia (15/10). (Haura Najmakamila)

Usai mendapatkan banyak penjelasan dari seluruh pembicara, akhirnya panel diskusi dibuka. Pada sesi ini, peserta dipersilakan untuk bertanya mengenai hal-hal yang ingin lebih diketahuinya. Seluruh peserta berlomba-lomba memberikan pertanyaan. Seluruh pembicara dipandu oleh Didi Kasim, editor-in-chief National Geographic Indonesia, memberikan jawaban-jawaban mereka yang informatif. Sekitar sepuluh pertanyaan dapat mereka jawab, muka para peserta pun terlihat puas.

Berakhirnya panel diskusi berarti berakhir pula workshop ini. Para peserta terlihat begitu terinspirasi, seperti Hana dan Felda dari Universitas Indonesia yang menyebutkan bahwa mereka menyukai workshop yang berlangsung seru ini karena membuka pikiran untuk ide-ide baru. Mereka berniat untuk ikut serta namun belum menemukan judul yang cocok untuk mereka.

Rupanya peserta yang hadir bukan hanya dari Universitas Indonesia saja. Ada Widhi dari Universitas Padjajaran serta Tia dari Universitas Negeri Jakarta. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah mulai memiliki ide-ide yang akan digunakan untuk ikut serta dalam permintaan hibah National Geographic.