Keju Bisa Buat Kecanduan

By , Selasa, 27 Oktober 2015 | 17:00 WIB

Ada alasan menarik kenapa seseorang sulit menolak sepotong pizza yang dilumuri oleh keju. Para ilmuwan mengklaim bahwa keju memiliki sifat adiktif yang sama seperti narkoba, karena bahan kimia yang disebut kasein.

Kasein terdapat dalam produk susu dan bisa memicu reseptor opioid, wilayah di otak yang menyebabkan seseorang merasa kecanduan. Studi yang dilakukan oleh Universitas Michigan ini meneliti kandungan yang berkhasiat sebagai narkoba di dunia makanan. 

Mereka menemukan pizza sebagai salah satu makanan yang paling adiktif di dunia, terutama karena lelehan kejunya. “Lemak juga diprediksi menjadi masalah semua orang, terlepas dari apakah mereka mengalami gejala kecanduan makanan atau tidak,” kata Erica Schulte, salah seorang penulis studi tersebut.

Neal Barnard dari komite dokter untuk pengobatan yang bertanggungjawab mengatakan bahwa kasein akan memecah saat proses pencernaan, dan melepaskan zat serupa candu opium yang disebut casomorphin.  Sejumlah studi bahkan telah mengungkap, casomorphin yang merangsang reseptor opioid dapat menyebabkan kecanduan di otak. “Casomorphin benar-benar dapat membangkitkan reseptor dopamin dan memicu elemen adiktif," kata seorang ahli diet Cameron Wells. 

Susu mengandung kasein dalam jumlah kecil. Namun, untuk menghasilkan satu pon keju (0,5 kilogram), dibutuhkan sekitar sepuluh pon susu atau sekitar 4,5 kilogram. Jadi, ketika mengonsumsi keju dalam jumlah banyak, Anda juga menelan kasein dalam jumlah tinggi.

Menurut studi yang dilakukan Universitas Illinois, rata-rata orang di Inggris diperkirakan mengonsumsi sekitar 16 kilogram. Itu menunjukkan bahwa mereka benar-benar adiktif terhadap keju. 

Masalahnya, keju bisa berpengaruh buruk ketika keju melalui proses pengolahan tinggi.

Studi menunjukkan, makanan olahan, atau makanan berlemak ditambah karbohidrat olahan,  bisa memicu perilaku makan adiktif. Orang-orang dengan gejala kecanduan makanan atau dengan indeks massa tubuh tinggi melaporkan pola makan yang banyak didominasi makanan olahan.

Niceole Avena, asisten profesor farmakologi di Mount Sinai School of Medicine di New York City, menjelaskan, bahwa ini adalah langkah awal untuk menguji makanan, dan sifat makanan tertentu, yang dapat memicu respons adiktif. 

“Ini bisa mengubah cara kita melakukan pengobatan obesitas. Ini bukan masalah sederhana seperti diet makanan tertentu, melainkan mengadopsi metode yang digunakan untuk mengurangi rokok, minuman beralkohol, dan pemakaian narkoba," katanya.

(Sumber : CNN Indonesia)