'Neraka' di Ujung Utara Jepang

By , Jumat, 30 Oktober 2015 | 16:00 WIB

Pulau paling utara di Jepang, Hokkaido dikenal atas beberapa hal: bir di Sapporo, ski di Niseko, bulu babi atau ubiquitous uni dan daging sapinya.

Yang kurang begitu dikenal adalah kawah berbelarang dan bergolak, Lembah Neraka, seluas sekitar 10 hektar. Kawah ini terbentuk akibat letusan Gunung Kuttara sekitar 20.000 tahun lalu.

Letaknya di dalam Taman Nasional Shikotsu-Toya, dan lava serta kaldera belerang yang bergolak pelan ini terlihat di bawah salju tebal, dan sebagian orang menggambarkannya seperti neraka.

Namun Jigoku-Dani, sekitar 112 kilometer di selatan Sapporo juga digambarkan sebagai surga bagi sebagian orang. Di tempat ini terdapat puluhan onsen atau sumber air panas. Para pengunjung bisa merendam kakinya atau berendam dengan latar belakang salju yang turun di pohon-pohon bonsai.

Ada sumber air panas lain lagi dengan nama yang sama Jigokudani, lebih terkenal dan terletak di pulau Honshu, tempat monyet-monyet salju mandi. Tapi Jigoku-Dani di Hokkaido berbeda. Tidak seperti sumber air panas lain dengan latar belakang yang tenang dengan sakura, tempat permandian Jigoku-Dani berlatar geiser bergolak dan gua-gua yang beruap.

Sembilan jenis air panas alami dapat ditemukan di kota Noboribetsu, dengan kandungan zat besi, garam, radium dan melanterite springs. Sejumlah tempat permandian ini bahkan dianjurkan oleh pakar balneologis dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti bronkitis, neuralgia dan eksem.

Saya berkunjung ke Jigoku-Dani pada bulan Februari, setelah ski beberapa hari di Niseko, 90 km di sebelah barat daya. Noboribetsu saya jadikan markas karena lebih dekat dengan Jigoku-Dani.

Hal pertama yang saya lihat saat masuk ke Noboribetsu adalah patung besar merah setinggi 18 meter dengan muka marah. Patung setan merah yang disebut yukijin ini diyakini melindungi sumber air panas dan mengusir setan-setan dan menyerukan kebaikan bagi manusia.

Setiap bulan Juni, banyak pria dengan baju bergaya yukijin, melepaskan kembang api ke udara dan menari dengan diiringi drum Jepang taiko sebagai bagian dari festival kembang api Setan Noboribetsu.

Di seputar kota terdapat sembilan patung setan, sebagian besar baru dibuat untuk menarik turis. Namun yukijin di kuil Enma Do Shinto dibangun pada masa Edo (1603-1868). Menurut kepercayaan Shinto, Enma - Raja Neraka- berdiri di depan pintu masuk neraka dan memutuskan mana dari enam jalan yang akan dilalui orang yang sudah meninggal.

Sebagian langsung ke neraka atau dilahirkan kembali ke dunia perang, sementara yang lain mengalami inkarnasi menjadi binatang atau langsung ke surga. Pandangan kawasan ini tentang kegelapan juga dapat dimengerti mengingat sejarah pulau ini.!break!

Pusat penyembuhan tentara

Walaupun Hokkaido didiami oleh penduduk asli Ainu pada sekitar 18.000 SM, selama masa Paleotik Atas, pulau ini tidak dibangun oleh pemerintah sampai pada akhir abad ke-19, dalam upaya untuk mencegah Rusia berekspansi dari Vladivostok, sekitar 725 km di seberang Laut Jepang.

Sumber air panas Noboribetsu digunakan sebagai pusat penyembuhan bagi tentara yang luka akibat perang pada Perang Rusia-Jepang, dan akibatnya arsitektur kota ini tetap mempertahankan kesan brutal dengan banyak bangunan beton rumah sakit yang dijadikan resor sumber air panas.

Aktivitas lain di Noboribetsu adalah berjalan sepanjang 8 km di seputar sumber air manas, geiser, danau termal dan gua-gua beruap. Jalan tapak utama menawarkan pemandangan menakjubkan dengan pegunungan bersalju, dengan Gunung Kuttara tampak di kejauhan. Jalan lain menuju gunung api yang masih aktif Gunung Hiyori, Danau Oyunuma dengan air belerang hitam dengan suhu 85C, Oko no Yu, serta geiser yang bergolak, Tessen Ike.

Saya juga menyusuri sungai kecil Oyunumagawa menuju ke tempat berendam kaki dengan suhu air yang sedikit lebih dingin akibat salju dan udara. Sambil menikmati kaki direndam dan sedikit sinar matahari pada bulan Februari, saya menemukan kenikmatan surga di pusat Lembah Neraka ini.