Baru-baru ini, dunia disuguhkan insiden kontroversial yang terjadi pada MotoGP di sirkuit Sepang, Malaysia. Pada putaran ke-7 secara mengejutkan, Valentino Rossi diduga telah menendang Marc Marquez hingga membuatnya terjatuh. Insiden tersebut menyebabkan Rossi diganjar hukuman 3 poin penalti, sehingga pada balapan pamungkas di Valencia, ia akan memulai garis start di posisi akhir. Hal itu mengancam peluang Rossi merebut gelar juara dunia MotoGP 2015.
Tentunya tindakan yang dilakukan Rossi bukan tanpa alasan. Marquez yang digadang-gadang menjadi pesaing terkuat Rossi musim ini memberi tekanan tersendiri bagi Rossi.
Rossi 14 tahun lebih senior dari Marquez. Ia pernah mengungkapkan kekhawatiran akan bakat terpendam sang pembalap Repsol Honda. Bagi Rossi, Si Bayi Alien merupakan salah satu pembalap bertalenta yang berpotensi merusak rekor The Doctor selama berkecimpung di dunia balap.
Lalu, benarkah ia alami stress sebelum hadapi Marquez ?
Tiga balapan beruntun MotoGP 2015 di luar Eropa yakni Motegi (Jepang), Phillip Island (Australia), dan Sepang (Malaysia) merupakan fase krusial dalam perburuan gelar juara The Doctor. Rossi mengakui jika balapan di luar Benua Biru selalu lebih sulit dan tingkat stress-nya juga lebih tinggi. Balapan yang dilakukan di Eropa lebih nyaman karena sangat simpel, Ia bisa langsung pulang dan beristirahat selama sepekan. Hal berbeda jika terjadi di luar Eropa.
“Anda harus mengatur perjalanan dengan baik sehingga bisa nyaman menjalani balapan di sana. Sekarang menuju tiga balapan dalam tiga pekan, jelas itu fase penting di musim ini. Artinya kami bakal lebih stres. Tiga balapan ini lebih sulit dijalani,” imbuh Rossi
Selain itu, hal tersebut membuat Burgess, mantan kepala kru Rossi tak habis pikir dengan apa yang sudah dilakukannya. Selama hampir 13 tahun bekerja sama, Burgess sebelumnya belum pernah melihat hal seperti itu pada diri The Doctor.
"Rossi melakukan manuver dengan memilih jalur yang tidak biasa. Jadi saya ingin mengulangi perkataan saya bahwa itu bukan Rossi yang saya tahu," tambahnya.
Burgess juga memiliki penjelasan sendiri mengenai perilaku Rossi. Menurutnya di usia Rossi yang sudah 36 tahun, tekanan semakin membebaninya. Hal ini menunjukkan kalau usia tua tidak selalu membuat kita lebih bijaksana.