Penemuan Sisa Fosil Menjelaskan Evolusi Kera

By , Rabu, 4 November 2015 | 14:00 WIB

Penemuan tengkorak dan kerangka parsial siamang yang terawat dengan baik (seperti makhluk hidup pada 11,6 juta tahun lalu) di Spanyol menjelaskan sejarah baru evolusi kera modern.

Para ilmuwan  mengumumkan suatu penemuan di Catalonia dari sisa-sisa fosil kecil kera betina pemakan buah, yang tinggal di daerah hutan yang hangat dan sejuk, dan penuh dengan hewan, termasuk kerabat gajah, badak dan predator bertaring tajam.

Mereka memperkirakan berat kera, mencapai 9 - 11 pound (4-5 kilogram), dengan nama ilmiah Pliobates cataloniae dan julukan "Laia".

"Tidak ada primata hidup seperti Pliobates, yang menunjukkan kombinasi unik fitur seperti kera modern lainnya yang lebih primitif," kata paleobiologist David Alba dari Catalan Institute of Paleontology di dekat Barcelona. "Kami bisa membayangkan kera kecil, seperti siamang, dengan penampilan seperti tengkorak siaman, tetapi dengan proporsi tubuh yang berbeda - lengan dan tangan yang kurang memanjang."

Alba mengatakan Pliobates, yang hidup pada zaman Miosen, bergerak melalui kanopi hutan berbeda dari siamang saat ini, yang mendaki dengan lambat dan hati-hati - seperti kukang, salah satu primata yang lebih primitif - dan kadang-kadang bergelantungan di cabang pepohonan.

Sisa-sisa fosil itu termasuk 70 tulang atau fragmen tulang, termasuk tengkorak yang sangat lengkap untuk primata pada waktu itu.

Giginya terlihat primitif dibandingkan dengan kera saat ini, termasuk kedua kera kecil yang bertubuh seperti owa dan siamang, dan kera yang lebih besar bertubuh seperti orangutan, gorila dan simpanse.

Bentuk tengkoraknya mirip dengan kera saat ini, meskipun lebih mirip tengkorak siamang dibanding kera besar. Siku dan pergelangan tangan pun mirip dengan kera saat ini. Tetapi tulang telinga luar  lebih primitif daripada yang dimiliki di kera dan monyet yang hidup.

"Pliobates menunjukkan bahwa kera bertubuh kecil memainkan peran yang jauh lebih penting dalam asal-usul kera yang sebelumnya sudah diakui, dan bahwa mereka adalah nenek moyang terakhir, dalam beberapa hal –bentuk tengkorak dan ukuran tubuh mungkin lebih seperti siamang- yang sudah dipikirkan sebelumnya, "kata Alba.

Alba mengatakan perbedaan evolusi siamang dan kera terjadi antara 20 juta dan 15 juta tahun yang lalu, yang berarti Pliobates, karena umurnya tidak bisa dijadikan nenek moyang terakhir dari kera saat ini, dan garis keturunan manusia.

Pliobates bisa jadi keturunan dari kera yang hidup sebelum perpecahan evolusi ini. "Akibatnya, Pliobates memberi kita wawasan tentang bagaimana nenek moyang yang sama ini akan lahir," kata Alba.