Singa mungkin akan kehilangan posisinya sebagai raja sabana.
Hampir semua populasi hewan di Afrika Barat dan Tengah menurun, dan mungkin hanya tersisa sebagia dalam 20 tahun mendatang. Situasi ini terjadi pula di Afrika Timur.
Beruntung ada secercah harapan di Afrika Selatan dengan populasi singa yang stabil, bahkan meningkat. Hal ini menggembirakan karena itu berarti ada kemungkinan untuk membalikkan tren penurunan yang terlihat di Timur dan Barat Afrika, kata Hans Bauer dari University of Wildlife Conservation, Unit Penelitian Oxford.
Bauer dan rekan-rekannya menganalisis data yang ada pada populasi di berbagai belahan Afrika. Mereka mengidentifikasi penurunan di banyak benua dan pemodelan tren di masa depan.
Ada sekitar 20.000 singa yang tersisa di alam, berkurang dari 200.000 abad yang lalu. Tetapi sulit untuk mendapatkan jumlh pasti populasi singa, kata Stephanie Dolrenry dari konservasi amal Lion Guardians.
Tiga penjelasan utama penyebab penurunan ini adalah hilangnya habitat karena kenaikan populasi manusia, berkurangnya mangsa melalui perburuan, dan konflik dengan manusia yang menganggap singa sebagai ancaman terhadap ternak mereka, kata Bauer.
Hasil ini menghasilkan satu lagi indikasi ilmiah tentang berbagai ancaman yang dihadapi singa, kata Laly Lichtenfeld dari organisasi konservasi The African People & Wildlife Fund. Namun, ia menambahkan, ada kesadaran dan klaim internasional jika singa, sebagai ikon Afrika mengalami ancaman.
Botswana, Namibia, Afrika Selatan dan Zimbabwe, merupakan negara di mana sebagian besar singa hidup dalam pagar yang membentuk kurungan, dan sangat berhasil. Populasi singa telah tumbuh. Ini merupakan hal baik namun juga buruk, kata Bauer.
Singa yang ditempatkan dalam pagar yang luas ini disediakan perawatan dokter hewan dan bahkan mangsa ekstra. Lalu apa artinya ? Artinya bahwa dalam 20 tahun mendatang kita akan melihat sebagian besar singa hidup dalam kondisi buatan daripada berkeliaran di padang gurun. Sebuah kekhawatiran lainnya, bahwa pagar juga dapat mempengaruhi spesies lain di luar singa, kata Lichtenfeld.
Bauer percaya, jika manajemen buatan harus dikombinasikan dengan upaya konservasi tradisional yang lebih banyak untuk memastikan kelangsungan hidup singa di lingkungan yang lebih alami.
Dolrenry setuju. Upaya konservasi harus mencakup perawatan habitat singa, dan bekerja dengan masyarakat lokal di luar pagar untuk mengawasi para singa, dan mentolerir hidup dengan satwa liar, sebisa mungkin meminimalkan jumlah singa yang tewas.
"Kami tahu betul apa yang perlu kita lakukan untuk menyelamatkan singa," kata Bauer, tetapi masalahnya adalah sumber daya yang kurang dan unsur politik. "Yang kami butuhkan sekarang adalah implementasi," tambahnya.
Menurut Bauer hal ini tidak hanya menyelamatkan singa, tetapi juga keanekaragaman hayati di sekitar mereka.
Hal ini karena singa memainkan peran kunci dalam ekosistem. Hilangnya singa memiliki efek lanjutan pada organisme lain di lingkungan mereka, seperti zebra sebagai mangsa mereka, dan tanaman yang dimangsa zebra.