Jadilah Wisatawan yang Bijak dan Ramah Terhadap Satwa Laut

By , Sabtu, 7 November 2015 | 07:00 WIB

Wisata bahari menjadi salah satu daya tarik utama pariwisata Indonesia.  Berbagai macam wisata bahari dapat ditemui di Indonesia, misalnya wisata pantai, wisata bentang laut sepeerti cruise dan yacht,  snorkeling dan menyelam.

Dalam aktivitasnya, wisatawan tentu kerap kali sangat senang mengamati dan berinteraksi dari jarak dekat dengan satwa laut seperti burung laut, penyu, dan lumba-lumba.  Sayangnya, tak sedikit wisatawan yang masih kurang menyadari dampak perilaku tersebut terhadap sumber daya laut, terutama satwa laut.

 Pengamatan dan interaksi yang dilakukan tanpa memperhatikan sensitivitas satwa laut terhadap gangguan bisa menyebabkan perubahan perilaku, cedera bahkan kematian pada mereka.  Sering ditemui kasus dimana satwa laut terluka dan mati akibat terkena baling-baling kapal. Pengamatan satwa yang berlebihan juga dapat menyebabkan stres pada induk satwa yang berakibat terpisahnya induk dari anak-anaknya, hal ini akan menurunkan daya tahan hidup anak-anak satwa tersebut.

Agar pariwisata bahari dapat terus dinikmati dan memberikan manfaat sosial – ekonomi bagi masyarakat maupun bisnis, World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia mengajak seluruh wisatawan dan operator wisata untuk turut berpartisipasi mewujudkan pariwisata Indonesia  yang bijak dan ramah terhadap satwa laut.  !break!

Penyu hijau tampak bermain di ekosistem terumbu karang di Pulau Maratua, bagian dari Taman Pesisir Kepulauan Derawan, di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Sabtu (13/12/2014). (Kompas/Ichwan Susanto)

WWF menerbitkan panduan yang berjudul ‘Mengamati dan Berinteraksi dengan Satwa Laut’ yang layak dibaca sebagai referensi wajib bagi operator wisata dan wisatawan. Wisatawan akan mendapatkan tips praktis bagaimana perilaku yang bijak, bersahabat dan bertanggungjawab sebagai wisatawan bagi masyarakat, laut dan ekosistemnya.

Dengan memahami panduan ini, wisatawan akan memiliki informasi bagaimana memilih operator dan paket wisata yang tidak mengancam turunnya populasi satwa maupun rusaknya ekosistem laut. Operator wisata juga diingatkan akan aspek-aspek yang perlu diperhatikan agar wisata bahari yang diselenggarakan tidak berdampak negatif, misalnya teknik pengoperasian kapal dari sisi kecepatan dan jarak untuk pengamatan dan interaksi satwa laut.

“Ekosistem laut merupakan objek vital dalam bisnis pariwisata bahari. WWF Indonesia berharap dengan adanya panduan ini pelaku wisata, baik wisatawan maupun operator wisata akan mampu mempraktikkan kegiatan pariwisata yang bertanggung jawab, untuk menahan laju degradasi ekosistem laut akibat aktivitas manusia,” ujar Imam Musthofa, Sunda Banda Seascape (SBS) dan Fisheries Leader, WWF-Indonesia.!break!

Menyelam di terumbu karang subur Gorontalo. (Christantiowati)

 Upaya peningkatan usaha pariwisata di Indonesia merupakan peluang untuk memperkuat konservasi ekosistem laut bila dibarengi dengan edukasi pelaku wisata agar lebih peduli terhadap gaya hidup yang lebih ekologis saat menikmati keindahan laut dan berinteraksi dengan satwa laut di alamnya.

 Panduan ini secara simbolis diluncurkan bertepatan dengan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) yang jatuh setiap 5 November, dan merupakan bagian dari Kampanye #BeliYangBaik yang diusung oleh WWF Indonesia.