Tim arkeolog dari Australian National University, Canberra, menemukan fosil-fosil dari tujuh spesies tikus ukuran raksasa dalam ekspedisi mereka di Timor Leste. Penampakan spesies ini diperkirakan sama dengan tikus modern. Namun, ukuran berat badannya bervariasi, mulai dari 1,5 kg hingga 5 kg. Salah seorang peneliti, Julien Louys, menjelaskan kepada ABC, hewan-hewan itu kemungkinan besar jenis herbivora yang telah punah sekitar 1.000 tahun silam. Menurut dia, dari fosil ini diketahui bahwa tikus tersebut merupakan yang paling besar yang pernah ditemukan, yang bagi sebagian orang mungkin terdengar menakutkan. "Kebanyakan orang akan berpikir demikian," katanya. "Namun tentu saja akan menarik jika kita bisa melihat langsung bagaimana saat tikus-tikus ini masih hidup." Dr Louys menjelaskan, tampaknya daging tikus merupakan salah satu makanan favorit manusia dari era tersebut. "Semua tinggalan yang berasal dari era 46.000 tahun hingga 1.000 tahun lalu kami temukan dalam bentuk tinggalan, dan ada bukti tanda bekas pengunyahan," katanya. "Banyak sisa tinggalan ini yang terbakar. Jadi, bisa dikatakan, mereka (manusia pada zaman itu) memasaknya di api sebelum memakannya. Sepertinya ini makanan yang enak karena ke mana pun kami menggali, kami selalu menemukan fosil-fosil tikus ini," kata Dr Louys lagi. Dr Louys mengatakan, fosil ini juga bisa menjelaskan dampak dari terjadinya deforestasi. Dia mengatakan, punahnya tikus ukuran raksasa ini bersamaan waktunya dengan mulai dikenalnya peralatan besi yang memungkinkan manusia menggunduli hutan. "Jadi, kami memperkirakan, punahnya tikus raksasa bukan disebabkan oleh perburuan, melainkan oleh pembukaan lahan dan deforestasi," katanya. "Jika kita hubungkan dengan apa yang terjadi di Papua Niugini dan Indonesia saat ini, kita perlu waspada atas dampak deforestasi yang bisa mengakibatkan kepunahan lebih banyak hewan," katanya.