Untuk sebagian orang, sulit rasanya mendeteksi penyakit batu empedu yang dapat menyerang siapa saja, tak terkecuali kita. Hal demikian turut disampaikan oleh dr. Taufiq, Sp. PD. KGEH., spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterohepatologi Rumah Sakit Pondok Indah.
Menurutnya, ada tidaknya batu empedu dalam kantong empedu biasanya diketahui jika kondisi seseorang bergejala (simptomatik) dan kondisi tidak bergejala.
“Ada orang yang dapat hidup bertahun-tahun dengan batu empedu tetapi tidak terasa sakit. Umumnya, jika batunya tidak diambil tidak apa-apa. Namun, tetap punya potensi berbahaya,” terangnya.
Tubuh dan Mata Kuning
Tapi, ada juga yang bergejala, seperti terasa nyeri di perut, infeksi, atau matanya berwarna kuning. “Jika sudah di tahap ini maka batunya harus diambil. Jika tidak, batu empedu dapat turun ke saluran empedu dan dapat menyumbat saluran empedu sehingga cairan empedu tidak bisa keluar dan membanjiri daerah liver. Cairan tersebut kemudian diserap darah dan beredar dalam darah, dibawa ke seluruh tubuh, tubuh jadi terlihat kuning. Yang paling mudah dilihat pada sclera matanya,” tambah dr. Taufiq soal cara mendeteksi penyakit batu empedu. Biasanya sakit atau nyeri yang dirasakan ada di perut kanan atas. “Memang agak samar dengan penyakit mag yang nyerinya lebih ke perut bagian tengah atau ulu hati. Gejalanya pun sering tumpang tindih.”
Nyeri yang terjadi bisa terus menerus atau hilang timbul (kolikbilier). “Muncul secara perlahan-lahan sampai mencapai puncaknya, kemudian berkurang secara bertahap. Nyerinya bersifat tajam dan hilang timbul dan bisa berlangsung sampai beberapa jam.” Lokasi nyeri bisa berlainan, tetapi paling banyak dirasakan di perut atas sebelah kanan dan bisa menjalar ke bahu kanan. “Biasanya jika dengan obat sakit mag atau lambung, nyerinya tidak akan berkurang sedikitpun. Nah, itu bisa membantu dokter untuk mengarahkan apakah sakit yang sebenarnya dialami.”!break!
Pengobatan batu empedu lewat jalur operasi
Yang terpenting adalah ketika obat mag tidak mengurangi rasa sakit, harus diperiksa lebih lanjut dengan alat-alat laboratorium atau ultrasound. “Jika sudah mulai mengganggu, kantong empedunya bengkak, tebal, dan hasil laboratorium juga mengarah ke batu empedu, segera diambil lewat operasi.” Meski banyak metode untuk mengeluarkan batu empedu, namun yang paling populer adalah operasi dengan cara laparoskopi. Tetapi, sambung Taufiq, kalau batu sudah keluar dari kandung empedu menuju saluran utama empedu dan menyumbat, maka perlu dilakukan pengambilan batu di saluran empedu dengan ERCP (Endoscopic Cholangiopancreatography).
Penyakit batu empedu tidak boleh didiamkan apalagi kalau sudah menganggu. “Mulai dari menganggu kualitas hidup si penderita, rentan infeksi, dan jika radangnya sampai menganggu saluran lama-lama bisa fatal akibatnya,” tutur Taufiq sambil mengatakan jarang terjadi batu empedu bisa hilang tanpa operasi. Taufik menyarankan, sebaiknya lakukan pencegahan dengan cara melakukan skrining. “Kalau di keluarga ada yang bakat punya batu empedu, segara periksakan ke dokter. Kurangi makanan yang berlemak, bukan berarti tidak boleh sama sekali. Untuk lebih waspada, karena batu empedu punya potensi berbahaya.”