Nationalgeographic.co.id—Bagaimana pencegahan penyebaran virus corona di transportasi umum? Transportasi umum seperti ojek tidak hanya populer di Indonesia, tapi juga Vietnam, Uganda, Bangladesh, Rwanda, dan Nigeria.
Para pengemudi ojek ini adalah kelompok yang sangat berisiko terpapar SARS-CoV-2 di udara terbuka, dan penumpangnya yang berganti-ganti. Maka dari itu, terutama pada ojek daring di Indonesia, telah membuat sekat plastik yang memisahkan pengemudi dan penumpang.
Peraturan seperti itu diterapkan sejak awal-awal pagebluk berlangsung, setelah sebelumnya banyak yang berhenti menarik ojek karena takut paparan virus.
Tapi, apakah sekat itu memang mujarab?
Sebuah laporan penelitian yang diterbitkan 31 Agustus lalu di Physics of Fluids menyatakan, sekat plastik yang memisahkan pengendara dan penumpang ternyata secara substansial mengurangi risiko terpapar virus. Temuan ini didapatkan setelah mereka melakukan simulasi percobaan.
"Di awal pagebluk, beberapa pengemudi ojek di negara-negara seperti Uganda memasang sekat mereka sendiri untuk melindungi penumpang dengan harapan mereka bisa terus berkerja," terang Zia Wadud, Associate Professor di Institute for Transport Studies and School of Chemical and Process Engineering, University of Leeds, di Phys.
"Namun, pemerintah tidak mendorong praktik ini karena kurangnya bukti tentang dampaknya. Hal itu menjerumuskan banyak pengemudi ke dalam kemiskinan."
Maka dari itu penelitian terbaru ini diadakan agar menjadi bukti dan dapat ditawarkan kepada pemerintah, bahwa penggunaan sekat memanglah mujarab mengurangi risiko penularan virus, seperti SARS-CoV-2.