Menelusuri Asal-Usul Air di Bumi

By , Minggu, 15 November 2015 | 15:00 WIB

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan tidak yakin apakah air hadir ketika planet kita terbentuk atau terbentuk akibat komet dan asteroid yang menghantam bumi. Kini, para peneliti dari University of Hawaii meyakini bahwa mereka telah menemukan asal-usul air bumi.

Dengan menganalisis bebatuan dari Pulau Baffin di Kanada, para peneliti mampu menghasilkan bukti paling meyakinkan yang mendukung hipotesis asal usul air. Batuan yang diteliti itu benar-benar berasal langsung dari mantel Bumi dan terpengaruh oleh zat-zat dari kerak Bumi. Di dalamnya, para peneliti menemukan tetesan kecil air yang terjebak di dalam kristal kaca. Air tersebut memiliki komposisi yang sama dari air yang kini ada di planet kita.

Air terbentuk dari oksigen dan hydrogen. Hidrogen sering ditemukan dalam tiga bentuk yang disebut isotop: hidrogen normal, deuterium, dan tritium. Air yang terbentuk oleh oksigen dan deuterium disebut air berat.

Dengan mempelajari komposisi benda-benda yang berbeda di tata surya, para peneliti menemukan bahwa benda-benda tersebut cenderung memiliki rasio yang sangat berbeda antara air biasa dan air berat. Komet menunjukkan secara signifikan rasio lebih tinggi dari air berat daripada air normal.

Para peneliti tidak serta merta mengabaikan teori komet dan asteroid dalam kehadiran air di Bumi.

"Kita tidak bisa mengesampingkan penambahan air ke permukaan bumi setelah pembentukannya (yaitu melalui komet dan asteroid), tetapi data kami menunjukkan bahwa Bumi memiliki air sejak awal pembentukannya, " kata Dr. Lydia Hallis, penulis utama studi tersebut, kepada IFLScience.

"Kami dapat mengatakan bahwa air dari mantel yang dalam sangat tidak mungkin telah bertambah akibat hantaman komet, karena dampak komet dan asteroid tidak akan cukup kuat untuk mempengaruhi mantel sedalam ribuan kilometer di bawah permukaan. Data geokimia sebelumnya juga menunjukkan bahwa daerah sumber  batuan yang kami gunakan untuk peneiltian belum terganggu selama sekitar 4,5 miliar tahun. "

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Science ini memberikan petunjuk penting dalam keberadaan air yang meluas di planet kita.