Presiden Chili Michelle Bachelet menempatkan palu pada batu di puncak gunung Andes Rabu (11/11) malam, menandai dimulainya pembangunan salah satu teleskop yang paling canggih di dunia, sebuah alat yang dapat membantu menjelaskan kemungkinan kehidupan di planet jauh.
Giant Magellan Telescope (GMT), dijadwalkan akan selesai pada tahun 2024. GMT akan memiliki resolusi 10 kali dari pesawat ruang angkasa Hubble. Para ahli mengatakan, GMT akan dapat mengamati lubang hitam di alam semesta lebih jauh dan keluar dari planet di sistem tata surya lain dengan detail yang belum pernah ada sebelumnya.
Teknologi tersebut, astronom mengatakan, akan membantu manusia untuk mencari tahu bagaimana alam semesta terbentuk dan cara planet dengan jarak ratusan tahun cahaya mendukung kehidupan.
"Dengan ilmu ini, tidak ada batasan untuk semua kemungkinan," kata Bachelet, berdiri di situs GMT itu, dengan terpaan angin 8250 kaki (2.500 meter) dari puncak gunung.
"Apa yang dilakukannya adalah membuka pintu untuk pemahaman," katanya.
GMT - sebuah kolaborasi lembaga di Amerika Serikat, Chili, Korea Selatan, Brasil, dan Australia - akan mengandalkan tujuh lensa rumit melengkung, masing-masing memiliki lebar hampir 28 kaki (8,5 meter).
Untuk sistem kerja, tidak ada lensa dengan cacat lebih dari 25 nanometer, sekitar empat ribu kali lebih kecil dari lebar rata-rata rambut manusia.
"Astronomi seperti arkeologi, apa yang kita lihat di langit dari yang terjadi bertahun-tahun lalu," kata Yuri Beletsky, seorang astronom Belarusia untuk GMT. "Harapan terbesar adalah bahwa kita menemukan sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan," tambahnya..
Dua instrumen besar lain - European Extremely Large Telescope, juga di Chile, dan Thirty Meter Telescope di Hawai - dijadwalkan akan selesai pada tahun 2020-an juga. Tetapi Presiden GMT, Patrick McCarthy mengatakan besar lensa tunggal teleskop dan pengamatan lapangan yang lebih luas akan memungkinkan untuk pengukuran yang lebih tepat.
Dengan fenomena ini, ia berharap untuk bisa mengamati adalah materi gelap, materi tak terlihat, misterius yang membuat sebagian besar massa alam semesta.
Para astronom mengatakan lokasi Atacama Desert, tuan rumah GMT dan puluhan teleskop bertenaga tinggi lainnya, unik, cocok untuk ruang observasi karena memiliki udara yang kering, pegunungan tinggi, dan polusi cahaya kecil.
McCarthy juga menunjukkan bahwa keuntungan lain bagi para astronom di Chili adalah bahwa aliran udara dari dekat Samudera Pasifik yang halus daripada yang ada di benua gurun, yang berarti para ilmuwan harus berjuang dengan gangguan atmosfer.