Madu Sudah ada Sejak Zaman Batu

By , Sabtu, 5 Desember 2015 | 12:00 WIB

Mural dari Kerajaan Baru Mesir kuno yang menggambarkan lebah dan madu di tengah adegan kehidupan sehari-hari 4.400 tahun lalu, memberikan bukti bahwa sejak zaman tersebut manusia telah menggunakan produk sarang lebah. Tetapi, sebenarnya manusia telah menggunakannya jauh lebih lama dari zaman itu.

Para ilmuwan mengatakan,  mereka telah menemukan bukti lilin lebah di tembikar yang dibuat oleh orang-orang zaman batu dari budaya pertanian awal di Eropa, Timur Tengah dan Afrika Utara. Salah satunya ada pada periuk memasak dari sebuah situs di Turki timur, sekitar 8.500 tahun yang lalu.

"Sidik jari kimia yang khas dari lilin lebah terdeteksi di beberapa situs Neolitik di seluruh Eropa, yang menunjukkan betapa luas hubungan antara manusia dan lebah madu di zaman prasejarah," kata ahli geokimia organik, Mélanie Roffet-Salque dari University of Bristol di Inggris.

Lilin lebah yang ada pada tembikar, mungkin dikarenakan orang-orang  telah menggunakan madu dengan jejak lilin lebah, atau lapisan bagian dalam periuk terbuat dari lilin lebah agar anti air, kata Roffet-Salque.

"Jelas bahwa manusia di Zaman Batu tahu, lingkungan mereka sangat baik dan memanfaatkan berbagai sumber daya alam seperti lilin lebah, juga getah pohon," tambah Roffet-Salque.

Alasan yang paling jelas untuk memanfaatkan lebah madu adalah untuk menghasilkan madu, "pemanis langka bagi orang-orang prasejarah," kata Roffet-Salque.

"Namun, lilin lebah bisa digunakan untuk berbagai teknologi, ritual, tujuan kosmetik dan obat, misalnya, untuk kapal keramik berpori yang tahan air atau melembutkan kulit, serta getah pohon birch untuk membuat lem," kata Roffet-Salque.

Madu tidak dapat dideteksi secara langsung, karena terdiri dari gula yang tidak akan bertahan ribuan tahun di situs arkeologi.

"Mendeteksi lilin lebah dalam pot memungkinkan kita untuk mengatakan bahwa petani di awal kehidupan manusia mengeksploitasi produk sarang seperti lilin lebah dan madu," kata Roffet-Salque.

Mural Mesir kuno, seni batu prasejarah dan bukti lain sudah menunjukkan lebah madu telah dimanfaatkan oleh umat manusia ribuan tahun lalu, berapa lama dan seberapa luas pemanfaatannya pun telah pasti.

Para peneliti memeriksa senyawa kimia yang terperangkap dalam 6.000 kepingan tembikar tanah liat di lebih dari 150 situs.

Tembikar diperiksa dari situs yang berada lebih ke utara, khususnya di atas paralel 57, misalnya dari Skotlandia dan Skandinavia, ditemukan kekurangan akan lilin lebah.

Richard Evershed mengungkapkan, bahwa hal ini menunjukkan jika lebah madu tidak hidup di daerah lokal mereka pada waktu itu, mungkin karena daerahnya lebih keras, juga kondisi lintang yang tinggi. Richard Evershed merupakan biogeochemist dari Universitas Bristol.

Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Nature.