Habitat Gajah dan Badak Sumatera Terancam

By , Kamis, 19 November 2015 | 15:00 WIB

Sekitar 80% Ekosistem Taman Nasional Gunung Leuser merupakan rumah bagi populasi badak dan gajah Sumatera.  Kawasan ini telah terancam dan mengalami tekanan menuju kehancuran yang drastis.

“Jika tidak ada upaya nyata menyelamatkan kawasan ini, maka kita akan mengenang kelalaian kita ketika kedua satwa kharismatik ini punah” tegas Danurfan, kordinator pawai global untuk gajah dan badak di Aceh, 4 oktober 2015.

Menurutnya, laju degradasi hutan Indonesia mencapai 2 juta hektar per tahun. Konversi hutan, illegal logging, dan kebakaran hutan merupakan ancaman utama kelestarian hutan Aceh saat ini. 

Aceh, lanjut dia, adalah salah satu benteng terakhir bagi kehidupan gajah dan badak Sumatera. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) memegang harapan terakhir pelestarian dan keberadaan satwa tersebut di bumi.  Selai TNGL, juga ada Taman Nasional Bukit Barsan Selatan (TNBBS) dan Taman Nasional Wai Kambas (TNWK) di Lampung.

“Tahun ini, bahkan pemerintah Malaysia sudah meyatakan Badak Sumatera sudah punah” lanjutya.

Gajah dan badak Sumatera telah dinyatakan kritis terancam punah. Ancaman kepunahan bahkan lebih parah daripada gajah dan badak Afrika. Sementara Badak Jawa pun hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon.!break!

“Dalam 3 tahun terakhir, hampir 200 gajah Sumatera atau sekitar 10% dari total populasi telah mati,” kata dia. 

Pawai yang diselenggarakan dua hari berturut-turut ini melibatkan berbagai komponen masyarakat.  Ratusan orang terlibat dalam pawai global yang menyuarakan pentingnya upaya konservasi untuk badak dan gajah sumatera.  Rangkaian pawai ini dimulai sejak sabtu hingga minggu, 3-4 Oktober 2015. 

Para peserta membawa atribut spanduk hingga boneka berbentuk gajah dan badak.  Selain bergam atribut dan orasi, pawai ini juga dimeriahkan dengan aksi teatrikal, lukis tubuh serta pembacaan puisi.

Peserta berjalan kaki sejauh 4 kilo meter mengelilingi pusat keramaian di kota Banda Aceh.  Pawai dimulai dari Taman Putrophang, Mesid Raya Baitrrahman, Simpang Lima lal kembali ke Taman Putrophang.

“Kedua jenis satwa ini sudah sangat langka.  Keberadaannya di alam semakin hari, semakin ternacam,” ucap Danurfan.

Pawai global, kata Danurfan merupakan wujud kepedualian masyarakat dunia atas kedua satwa kharismatik tersebut.  Warga dunia di tahun-tahun mendatang diharap lebih peduli terhadap satwa yang terancam punah ini.