Konsumsi biodiesel di Indonesia akan melonjak menjadi 7,9 juta kiloliter tahun depan, naik dari 1,1 sampai 1,2 juta kiloliter, menurut sebuah badan industri, yang menambahkan bahwa permintaan yang meningkat adalah penting untuk memenuhi komitmen-komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Indonesia, produsen minyak kelapa sawit teratas di dunia, mendorong penggunaan biodiesel yang lebih besar untuk mengurangi impor dan menciptakan lebih banyak permintaan atas minyak tropis.
Tahun ini, Indonesia meningkatkan subsidi-subsidi biodiesel dan menaikkan kandungan bio minimum dalam bahan bakar solar menjadi 15 persen dari 10 persen. Angka ini akan naik menjadi 20 persen tahun 2016 dan 30 persen tahun 2020.
Menjelang konferensi iklim PBB di Paris bulan depan, pemerintah juga berjanji untuk mengekang peningkatan emisi gas rumah rumah kaca pada 2030.
"Tahun ini, penggunaan biodiesel kita akan kurang dari 1,5 juta kiloliter," menurut Paulus Tjakrawan, ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) kepada Reuters Senin (23/11).
"Jika pemerintah betul-betul ketat dengan (campuran) 20 persen, penggunaan akan naik menjadi 7,9 juta kiloliter tahun depan," tambah Paulus, yang organisasinya didirikan tahun 2006 dan memiliki 23 anggota. "Hal tersebut juga akan mengurangi emisi."
Indonesia merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar kelima jika deforestasi termasuk ke dalam faktor penyebabnya. Negara ini menghadapi tekanan internasional untuk mengatasi penghancuran lahan gambut yang kaya karbon dan hutan-hutan yang menyebabkan asap yang menyesakkan napas meyebar ke sebagian besar wilayah Asia Tenggara tiap tahun.
Tahun lalu, penggunaan biodiesel Indonesia mencakup 11,8 persen dari penghematan emisi sektor energi dan transportasi, dan angka ini bisa neik menjadi 47 persen tahun depan, kata Paulus
Indonesia luput memenuhi target biodieselnya tahun lalu akibat masalah logistik dan infrastruktur, serta kegagalan untuk menegakkan mandatnya, namun ia mengatakan pemerintah mungkin akan mendorong persyaratan kandungan campuran 30 persen.
"Kita lihat B20 dulu, jika ok dan tes-tesnya ok, mungkin dalam dua atau tiga tahun," tambah Paulus, yang juga komisioner PT Multi Biofuels Indonesia.
Peningkatan dalam penggunaan biodiesel juga akan menjadi hal yang positif bagi harga-harga acuan minyak kelapa sawit, yang jatuh mencapai nilai terendah dalam 6,5 tahun awal tahun ini.
Perusahaan-perusahaan kelapa sawit besar dengan jejak biodiesel di Indonesia termasuk Wilmar International, pemroses minyak kelapa sawit terbesar di dunia, dan Musim Mas, yang tidak terdaftar di bursa.