Mendaki Ala Naturalis Amatir

By , Jumat, 27 November 2015 | 16:00 WIB

Mendaki selalu identik dengan puncak dan berfotoria, setidaknya bagi kami, para naturalis amatir. Mendaki bisa juga dilakukan dengan berjalan santai sembari memandang rumput ataupun semak-semak. Kami seolah ingin menemukan harta karun di rumput yang terinjak atau semak-semak yang dilewati.

Bagi para naturalis amatir, memang begitulah ritme mata dan kaki ini mendaki. Mendaki bukan untuk sekedar melihat luasnya langit, atau indahnya pemandangan dari ketinggian. Kami ingin menemukan sesuatu lain yang juga indah di sana.

Dua tahun lalu, tatkala Gunung Andong—yang terletak di Kabupaten Magelang—belum seramai sekarang dan belum terbakar, kami para naturalis amatir mendaki untuk menginventaris spesies anggrek tanah di sepanjang trek pendakian Gunung Andong.

Langkah demi langkah, mata kami tak lelah menulusuri tiap-tiap rumpun semak maupun rerumputan. Usaha kami tak sia-sia. Akhirnya kami menemukan berbagai jenis anggrek tanah, salah satunya Caladynea carnea. Setiap kali bertemu anggrek jenis baru yang belum pernah kami foto dan catat, kami akan langsung “menyetubuhinya” dengan memotret hingga puas dan mencatat dengan detail.

Ketika menemukan spesies baru yang belum ada dalam catatan, kami memotret hingga puas dan mencatat dengan detail. (Rina Septu Ningsih)

Meski kami para naturalis amatir,  kami selalu berusaha memenuhi standar pendakian. Sebab, kita semua tahu, alam tak pernah bisa ditebak. Seperti halnya pendaki gunung lainnya, kami juga tak melewatkan untuk berfoto ria meski tak di puncak, melainkan bersama spesies-spesies yang kami temui.