Saat ini, lebih dari 220.000 remaja usia 10 hingga 19 tahun di Asia Pasifik hidup dengan HIV. Virus yang berdampak pada AIDS tersebut dinobatkan sebagai penyebab kematian remaja nomor satu di Asia.Fenomena ini menjadi salah satu perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Bersama lembaga-lembaga di bawah naungannya, PBB telah melakukan kajian mendalam selama dua tahun untuk menguliti penyebab peningkatan HIV pada remaja.Kontribusi layanan kencan onlineDilansir KompasTekno, Selasa (1/12/2015) dari TheGuardian, temuan PBB menyorot pada aplikasi kencan online yang tersedia di berbagai toko aplikasi pada smartphone. Aplikasi itu dituding meningkatkan perilaku seks bebas secara signifikan, utamanya pada kelompok remaja lelaki penyuka sesama jenis (gay)."Para remaja gay mengaku pada kami bahwa mereka menggunakan aplikasi kencan online untuk mencari teman seks," kata penasihat HIV/AIDS untuk UNICEF di kawasan Asia Tenggara Wing-Sie Cheng. Lewat aplikasi kencan, kata Wing-Sie, para remaja merasa bisa mengajak atau menerima tawaran berhubungan intim secara lebih kasual. Hasilnya, remaja bisa melakukan hubungan seksual dengan lebih banyak orang. "Kita tahu, kebiasaan seks bebas seperti itu sangat berisiko terhadap penularan HIV," kata dia. !break!
Butuh seks, cukup buka smartphoneMenurut pengakuan salah satu gay berusia 30 tahun di Manila, Filipina, perilaku kencan via aplikasi dan bertemu hanya untuk berhubungan seks sudah menjadi hal lumrah bagi kaumnya. "Bahkan jika kamu masih sekolah dan butuh berhubungan intim, kamu cukup membuka Grindr," kata dia. Bagi yang belum tahu, Grindr adalah salah satu aplikasi kencan online yang kerap dimanfaatkan kaum gay. "Kamu bahkan tak perlu mengobrol. Orang-orang akan mengirimkan foto-foto telanjang mereka. Jika kamu suka, tinggal janjian lalu berhubungan," ia menambahkan. Perencanaan hubungan seks yang tiba-tiba, kata dia, membuat banyak orang luput menyiapkan alat pengaman. Dari cerita personalnya, ia beberapa kali menggunakan kondom tapi tak konsisten."Kau tak ingin kehilangan momentum," ujarnya. Kini, ia positif terinfeksi HIV. Di Filipina, angka penularan HIV meningkat dua kali lipat dalam empat tahun terakhir. Sementara itu, satu dari tiga remaja gay di Bangkok berkesempatan terinfeksi HIV.!break!
Tanggapan layanan kencan onlinePada kuartal pertama 2013, lebih dari 250 juta netizen mengunjungi situs kencan online via PC. Meningkat tajam, tahun 2014 lalu lebih dari 350 juta netizen saling terhubung lewat situs kencan online. Fenomena serupa terjadi pada aplikasi kencan mobile. Saat ini, Grindr telah beroperasi di 196 negara dengan satu juta pengguna aktif tiap menitnya. Saat dimintai keterangan, juru bicara Grindr membantah bahwa aplikasinya berkontribusi terhadap penularan HIV pada remaja usia 10 hingga 19 tahun di Asia. Menurut dia, aplikasinya memberi batasan usia minimun 18 tahun untuk bergabung di Grindr. "Sebagai platform gay terbesar di dunia, kami sangat memperhatikan kesehatan seksual," ia berkilah. Alasan lain, Grindr mengatakan turut mendorong penggunanya untuk memeriksakan kesehatan seksual secara rutin di klinik terdekat, lewat pemberitahuan yang muncul di aplikasinya.Pembelaan Grindr dimentahkan aktivis HIV/AIDS di Bangkok, Jesse Krisintu. Ia mengaku pernah menaruh iklan di aplikasi kencan online untuk mendorong pengguna aplikasi mengetes HIV. Upayanya berbuah pahit."Tak ada yang membaca iklan pop-up karena tujuan mereka masuk ke aplikasi untuk menemukan seks, bukan pengetahuan," ia menjelaskan. Sementara Grindr berusaha membela diri, aplikasi kencan populer lainnya seperti Tindr, Growlr, Blued dan Jack'd enggan berkomentar. Bagaimanapun, menurut Wing-Sie, aplikasi kencan online tak bisa melulu disalahkan walau kontribusinya paling besar dalam peningkatan penularan HIV. Ke depan, Wing-Sie mengatakan UNICEF akan mengajak para layanan kencan online untuk berkolaborasi melawan penularan HIV. Belum jelas kerja sama seperti apa yang dimaksud.