Sinema Lokal dan Kendala Regulasinya

By , Senin, 7 Desember 2015 | 15:00 WIB

15 tahun terakhir, Indonesia terus menunjukkan geliatnya di bidang kebudayaan. Salah satunya adalah lewat film. Namun, menurut Isabelle Glachant, ada dua kendala yang kentara dalam dunia perfilman di Indonesia. Hal tu disampaikanny saat menjadi pembicara dalam diskusi publik Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) di Bentara Budaya Yogyakarta (3/12).  

Yang pertama adalah sekolah film. Menurutnya, Indonesia seharusnya memiliki lebih banyak sekolah film, untuk mengembangkan kemampuan anak muda di dunia perfilman.

Yang kedua, menurut Isabelle adalah distribusi film. Di Indonesia, masih sangat sulit untuk mendapatkan akses terhadap film-film lokal, terutama yang tidak diputar di bioskop. Padahal menurutnya, hal ini sangat penting bagi dunia perfilman nasional.

 “Kalian memiliki sumber daya manusia, tapi itu tidaklah cukup,” ujar Isabelle.

Pembicara lain, Ismail Basbeth beranggapan bahwa film bagus tidak akan berguna ketika tidak memiliki penonton.

Sedang Rianto Tan Ageraha berharap agar film-film lokal dapat diputar dan ditonton secara regular di Yogyakarta. Menurutnya hal ini penting agar pelaku dan penikmat film dan terus mengamati perkembangan film-film lokal. “Apakah pemerintah bisa memaksa industri untuk memberi ruang bagi film-film Jogja?”

Pembicara dari pihak pemerintah, Imam Karyadi, mengatakan bahwa Pemda sedang menyiapkan rancangan peraturan daerah perfilman “untuk melindungi harkat-martabat pelaku film.” Saat ini, rancangan tersebut masih menunggu agenda legislatif untuk menyelesaikan peraturan daerah istimewa terkait kebudayaan.

Imam berharap agar film bisa menjadi contoh perubahan bagi usaha-usaha kebudayaan di Yogyakarta.

“Kami sudah mulai tahun 2015, melembagakan festival-festival film yang sudah ada di Yogyakarta menjadi mitra penting pemerintah.” Namun ia mengakui bahwa Pemda belum cukup memberikan perhatian terkait distribusi film.

Pada 2010, anggaran dana untuk bidang perfilman sekitar Rp 50 juta, sedang pada 2015 mencapai Rp 10 milyar. “Kenapa? Karena kita punya dukungan dana dari danais (dana istimewa),” ujar Imam.

Seperti diketahui, bulan Desember 2015 dicanangkan sebagai Bulan Sinema Jogja oleh Pemda, lewat tagar #DesemberkeJogja. Selain JAFF, paling tidak ada empat festival film di Yogyakarta: Jogja Animation Festival, Pameran Potensi Perfilman Yogyakarta, Festival Film Pelajar Jogja dan Festival Film Dokumenter.