Ibukota India mengumumkan langkah-langkah baru untuk melawan polusi udara ekstrim, yang telah membuat New Delhi mendapatkan gelar sebagai kota paling tercemar di dunia.
Kewal Kumar Sharma, sekretaris kepala kota mengungkapkan jika, mulai 1 Januari, selama beberapa minggu, mobil pribadi hanya akan diizinkan beroperasi di jalan-jalan New Delhi pada hari alternatif, tergantung pada plat nomor mobil berakhir di angka genap atau ganjil. Puncak polusi kota biasanya selama bulan-bulan musim dingin.
Kota ini juga berencana untuk menutup salah satu pembangkit listrik termal tertua dan paling efisien. Pembangkit listrik Badarpur, mulai beroperasi pada awal 1970-an, menggunakan peralatan usang dan sering rusak.
Polisi lalu lintas juga akan diberitahu untuk memastikan bahwa truk dengan mesin diesel, yang transit melalui kota di malam hari, hanya boleh masuk setelah jam 11 malam. Saat ini truk yang diizinkan memasuki kota pada jam 09:00 malam, sering mengakibatkan kemacetan lalu lintas.
Kebijakan ini tidak jelas sampai kapan akan terus berlaku, atau persisnya berapa lama akan melanjutkan.
Sharma mengatakan pemerintah juga berencana membeli peralatan pembersih vakum khusus untuk membersihkan jalan dan mengurangi debu yang ada di kota.
Pengumuman kebijakan itu datang sehari setelah Pengadilan Tinggi Delhi mencela pemerintah kota untuk "mengkhawatirkan" tingkat polusi udara di ibu kota.
Awal tahun ini, kota memerintahkan semua mobil pribadi yang lebih tua dari 10 tahun diambil dari jalanan, menjadi kota besar kedua di dunia yang melakukannya setelah Beijing.
Tahun lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa ibukota India merupakan terpolusi di dunia, dengan 12 kota lainnya di India menempati peringkat di antara 20 yang terburuk.
Pada bulan November dan awal Desember kualitas udara kota merosot ke tingkat berbahaya, dengan tingkat polutan PM2.5, partikel yang sangat halus yang dapat bersarang di dalam paru-paru dan menyebabkan kerusakan, melonjak hingga 12 kali di atas tingkat keamanan WHO dari 25 mikrogram per meter kubik.
Sunita Narain, direktur Pusat Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan dari kelompok advokasi dan penelitian yang berbasis di Delhi, mengatakan pemerintah telah menjawab ini sebagai keadaan darurat bagi kesehatan masyarakat.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih pada pemerintah Delhi," katanya kepada wartawan.