Migrasi Burung Dunia dan Ancaman Kehilangan Habitat

By , Jumat, 11 Desember 2015 | 13:00 WIB

Perusakan habitat sepanjang rute yang diambil oleh burung bermigrasi di dunia menimbulkan bahaya yang meningkat untuk perjalanan terbang jarak jauh ini, di mana mayoritas negara-negara persimpangan tidak cukup melindungi.

Para peneliti mengatakan, jika mereka melacak rute migrasi, lokasi persinggahan, tempat berkembang biak dan lokasi jeda musim dingin dari 1451 spesies yang bermigrasi di sekitar 450.000 kawasan lindung seperti taman nasional dan cagar alam.

Mereka menemukan dari 1.324 spesies, sekitar 91 persen, berangkat secara lokal melalui lokasi yang tidak dijaga dari ancaman, seperti pembangunan.

"Hal ini penting karena spesies migrasi menempuh jarak yang sangat jauh dan mengandalkan habitat di mana mereka dapat beristirahat dan makan di perjalanan panjang mereka," kata ilmuwan konservasi, Richard Fuller dari Australian Research Council Center of Excellence for Environmental Decisions (CEED) dan Universitas Queensland.

"Jika bahkan satu link dalam rantai ini hilang untuk suatu spesies, bisa menyebabkan penurunan besar atau bahkan kepunahan," katanya.

Burung-burung melintasi berbagai negara di mana upaya konservasi yang dilakukan bervariasi. Masalah yang paling akut ada di Afrika Utara, Asia Tengah dan di sepanjang pantai Asia Timur. Negara-negara di wilayah itu mempertahankan kawasan lindung relatif sedikit.

Claire Runge, Ilmuwan konservasi dari CEED, Universitas Queensland dan Universitas California, Santa Barbara mengungkapkan bahwa untuk burung-burung kecil, kesempatan makan dan membangun cadangan energi untuk perjalanan mereka berikutnya sangat penting untuk kelangsungan hidup.

"Kehilangan situs-situs penting berarti mereka tidak lagi memiliki energi yang diperlukan untuk melakukan perjalanan, dan mereka akan binasa di sepanjang jalan," kata Runge.

Burung biru-laut ekor-blorok adalah burung yang bermigrasi dari tempat berkembang biak, Arktik ke Australia dan Selandia Baru. Sepanjang jalan, burung-burung tersebut berhenti untuk beristirahat dan makan di lumpur Laut Kuning di China, Korea Utara dan Korea Selatan.

"Banyak dari situs-situs penting telah hilang untuk reklamasi karena ekspansi perkotaan, industri dan pertanian tanah, dan spesies ini mengalami penurunan yang cepat," kata Runge.

Runge menyerukan untuk menciptakan kawasan lindung baru di lokasi-lokasi penting, meningkatkan pengelolaan kawasan lindung yang ada, dan mengkoordinasikan tindakan konservasi lintas perbatasan internasional.

Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Science.